BLOG INI BERISI KUMPULAN ARTIKEL - ARTIKEL TENTANG PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SI KECIL DARI BEBERAPA SUMBER............ SEMOGA BLOG INI BISA MENAMBAH WAWASAN & PENGETAHUAN TENTANG PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN SI KECIL ANDA..........
Bagaimana cara Anda ungkapkan cinta pada anak? Sudah tepatkah cara itu?
Cinta adalah masalah yang kompleks. Bila tidak, kita tidak akan punya sedemikian banyak pujangga atau pengarang lagu.
Dalam
konteks keluarga, orang tua pastilah ingin mengekspresikan cintanya
kepada anak dengan selalu berupaya membahagiakan buah hatinya. Mereka
ingin selalu dapat memberi pujian dan pelukan hangat, melayani kebutuhan
anak, dan, mungkin saja, membelikan apa pun yang diminta anak. Semua
dilakukan atas nama cinta.
Tapi, sejauh mana ekspresi
cinta itu? Di manakah batasnya? Kapan kita tahu bahwa kita telah
berlebihan mencintai anak? Ini persoalan gampang-gampang susah. Banyak
orang sulit mengatakan tidak pada anak. Apalagi bila kita tahu betapa
cinta itu sangat diperlukan bagi perkembangan anak, termasuk dalam soal
kesehatan fisik.
Uang Bukan Segalanya.
Ekspresi cinta orang tua pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh
kembangnya. Di lima tahun pertama usianya, anak tengah mencari rasa
aman. Ini didapat ketika ia merasakan anggota-anggota keluarga
mencintainya. Rasa aman lebih lanjut akan mengembangkan rasa percaya
diri dan konsep diri anak kelak. Ekspresi cinta yang terus dirasakannya
juga akan mengajarkan anak untuk berempati pada orang lain, dan
mendukung proses trust building anak pada individu lain
Tapi
sekali lagi, sangat mungkin bagi orang tua untuk mencintai dengan cara
yang kurang bijaksana. Ini misalnya terjadi bila kita terlalu
mengutamakan cara yang bersifat materialistis. Membelikan mainan atau
barang bagi anak secara nonstop atau selalu mengabulkan rengekannya
bukanlah cara yang tepat. "Money can't buy love "; kita ingat saja lirik
lagu Beatles itu.
Masalah terbesar dengan tabiat ini ialah ia
dapat menghambat tumbuhnya rasa empati pada anak. Anak lama-kelamaan
akan menjadi kurang sensitif pada lingkungannya jika ia terlalu
mengasosiasikan cinta dengan mainan atau cindera mata, meskipun terlalu
banyak sanjungan juga berpotensi untuk berdampak serupa.
Justru
bila orang tua terlalu berlebihan mengekspresikan rasa cintanya pada
anak, membuat anak terbiasa memusatkan cinta ini pada diri sendiri. Ia
akan terus menuntut dan mengharapkan orang lain terus memberinya cinta.
Akibatnya, anak tak mampu membina empathic complex, yaitu pertalian emosional dengan orang lain.
Yang Wajar, Yang Hangat. Jadi
bagaimana menemukan batasan yang tepat? Memang tidak ada ilmu
eksaktanya. Cara terbaik ialah dengan sedikit berintrospeksi. Tanyailah
diri Anda sendiri, bagaimana cara mengekspresikan keistimewaan anak
dengan cara yang wajar, hangat dan istimewa.
Terbukalah! Melihat
contoh-contoh ini, mungkin Anda berpikir, dari mana kita bisa mendapat
ide untuk mengekspresikan cinta bagi anak? Bagaimana caranya yang
cerdas, asyik dan orisinal? (Ehm, ternyata tidak jauh rumitnya dengan
mengekspresikan cinta ketika masih pacaran).
Semakin
terbukanya kesempatan individu melihat dunia dan kemudahan mengakses
sumber informasi, membantu orang tua memperoleh referensi mengenai
pengasuhan anak ..
Mencintai itu memang itu keperluan hidup. Lain kali kita tergoda untuk lagi-lagi belanja mainan bagi anak.
Mini
me parenting bukan jalan pintas menuju sukses mengasuh anak. Jangan
bentuk manusia 'kloning' karena bisa membuat Anda dan balita frustrasi
bila Anda tak berhasil. Asuh anak menjadi dirinya sendiri! Bantu anak
membangun dirinya menjadi orang yang:
Katakan pada anak bahwa Anda yakin dia mampu melakukan apa saja yang dia inginkan.
Bangun sikap optimis.
Jangan menakut-nakuti anak karena malah bisa membentuk sikap pesimis.
Katakan, “Kamu pasti bisa! Apa masalahmu, apa yang bisa kamu lakukan?”
2. Percaya diri. Bagaimana anak bisa percaya diri bila Anda tak percaya padanya?
Percayakan
sebuah tugas pada anak untuk dijalankan sesuai caranya. Misalnya
mengambilkan makanan untuk kucing peliharaannya. Bisa dengan cara
menuang makanannya langsung ke piring makan kucing, atau menuangnya
lebih dahulu ke tangan balita baru dimasukkan ke dalam piring makan
kucing. Tak ada satu cara yang paling benar. Yang penting anak tidak
lalai melakukan tugasnya.
Berdayakan anak, ajarkan tanggung jawab dengan
mengizinkannya membuat pilihan secara mandiri. Misalnya, beri kebebasan
untuk mandi atau gosok gigi dulu. Dangan begitu anak akan bertanggung jawab dan menghadapi konsekuensi dari pilihannya.
3. Menyadari keunikan dengan memberi anak kesempatan bertanya tentang segala hal yang harus dia lakukan.
Izinkan
anak menjadi seorang individu. Anda boleh saja memilihkan tari Bali
untuk balita. Tapi izinkan dia bertanya. “Mengapa aku harus belajar tari
Bali, Bunda? Aku mau balet saja karena baju balet tidak susah
dipakainya.” Dan terima kenyataan atau keinginannya ini.
Izinkan
anak berpikir, mengekspesikan pendapatnya sendiri. Hindari mendorong
anak patuh tanpa syarat. “Bunda, aku belum tahu yoga itu apa. Tapi kalau
ternyata aku nggak suka, boleh ganti belajar menari?” Dengan
menghargai pemikirannya, Anda mengajarnya menghargai kemampuannya
sendiri untuk disumbangkan pada dunia.
Perbolehkan anak menolak
pilihan Anda. Meski belum bisa bicara, anak bisa menggelengkan
kepalanya melihat baju yang Anda pilihkan saat mengajaknya ke toko
pakaian. Dia menunjuk apa yang dia mau.
4. Mencintai diri.
Cintai anak Anda dengan cerdas, agar dia mencintai diri sendiri, tidak
mudah terpengaruh hal-hal negatif dari lingkungannya. Anak berbuat
salah, itu biasa. Anak mengambil keputusan dan menyesali keputusannya,
juga hal biasa. Jangan mengolok-olok kesalahannya sebagai kebodohan yang
patut Anda tertawakan atau Anda cerca habis-habisan. Anak yang sering
diolok-olok dan dipermalukan belajar membenci dirinya.
5. Selalu bersemangat dengan memberinya pujian
yang tepat serta dukungan yang realistis. Jujur mengatakan hasil
kerja balita bagus atau “dia masih bisa lebih bagus lagi”. Tidak semua
yang dilakukannya patut dipuji. Memberi pujian untuk hal-hal yang mudah
dilakukan anak, bisa membuatnya malas berjuang. Memberikan pujian hanya
bila balita patuh dan memenuhi keinginan Anda, tidak membuatnya
bersemangat karena anak cerdas dan kreatif tidak suka meniru-niru.
6. Memelihara mind set yang baik.
Apa pun yang dilakukan dengan sungguh- sungguh dan bertanggung jawab
adalah baik. Bukan “yang menurut ayah baik, itu yang terbaik” atau
“apa pun yang ditiru dari bunda dan ayah adalah yang terbaik”.
Jangan dorong anak untuk menjalankan passion Anda karena dia akan
meniru habis- habisan apa pun yang Anda lakukan dengan cara apa pun.
(me)
Ibu mana yang tidak
senang bila melihat anaknya aktif dan ceria. Tapi kalau aktifnya
melebihi batas kewajaran anak-anak seusianya, tentu akan membuat Ibu
mulai khawatir dan kesulitan untuk menanganinya. Misalnya, saat ingin
diberi makan anak selalu berlarian kesana kemari tidak bisa diam, kerap
berlompatan ke segala arah tak kenal lelah sampai Ibu kewalahan
mengejarnya.
Melihat anak yang aktif tingkat tinggi seperti itu, mungkin Ibu
menjadi sering memarahinya, membentak, atau bahkan melakukan hukuman
fisik (misal: mencubit) agar anak menjadi diam atau tenang.
Tapi Ibu, sebenarnya tindakan seperti itu bukan solusi yang baik.
Bagaimanapun direpotkannya kita, anak tidak pernah berniat jahat dengan
tindakannya seperti itu. Mereka hanya berekspresi dan menganggapnya
sebagai aktivitas yang wajar dan menyenangkan hatinya. Sehingga kasihan
sekali kalau dibentak atau dihukum.
Agar dapat bertindak lebih tepat terhadap sikap aktif yang berlebihan
atau hiperaktif sang buah hati, ada baiknya kita mengetahui tiga tipe
dari hiperaktif sebagai berikut: 1. Tipe hiperaktif implusif
Anak yang mengalami hiperaktif implusif biasanya lemah dalam merespon.
Perilaku implusif ditandai dengan melakukan sesuatu yang sulit untuk
dikendalikan, seperti terlalu enerjik, lari ke sana ke mari, melompat
seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara dan berisik. Selain itu, ia
juga biasa melakukan segala sesuatunya tanpa pertimbangan dan sering
kali ditunjukkan ketidaksabaran. 2. Tipe hiperaktif inatensi
Biasanya anak dengan hiperaktif seperti ini tidak mampu memusatkan
perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi. Selain
itu, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun,
sulit diajak berbicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus
berpindah-pindah, pelupa dan kacau. 3. Tipe hiperaktif kombinasi
Biasanya anak kurang memperhatikan aktifitas dan mengkuti permainan atau
dalam menjalankan tugasnya karena perhatiannya mudah terpecah. Selain
itu, sering berubahnya pendirian yang ada di diri si anak, dan dalam
melakukan sesuatu selalu aktif secara berlebihan.
Nah, bila Ibu memiliki anak hiperaktif, beberapa kiat tersebut mungkin bisa diterapkan: • Berusaha lebih tegas kepada anak
Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya
dengan baik. Dengan cara bagaimana? Yakni memberitahu si anak bahwa Ibu
tidak menyukai beberapa tingkah lakunya. Selain itu, Ibu juga bisa
melibatkan anggota keluarga untuk menjaga anak secara ketat dan tegas.
Namun Ibu, berindak tegas bukan berarti kita lantas sering menghukumnya
secara fisik ya. Tetap perlihatkan bahwa Ibu melakukannya karena sayang
padanya.
• Disiplin
Sebaiknya Ibu mulai mengajak anak untuk menerapkan pola hidup disiplin.
Ibu bisa memberi contoh terlebih dulu, jadikan Ibu sebagai role model
(pelaku) agar si anak bisa mengikuti pola hidup disiplin yang sudah Ibu
buat. Aturan ini tentu akan membuat si anak lebih fokus pada
aturan-aturan yang Ibu berikan. Dalam mengajari anak tentang pola
disiplin, jangan bosan untuk terus-menerus mengulangi hal-hal yang
dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal. • Menciptakan kegiatan kreatif
Kesibukan orangtua seringkali membuat anak menjadi kurang perhatian.
Karena itu luangkan waktu buat anak. Misalnya, mengajak dia melakukan
kegiatan kreatif seperti membaca buku, melukis atau menyanyi. Kegiatan
ini bisa menenangkan anak yang hiperaktif. Selain itu, ibu juga bisa
mengajaknya pergi ke taman agar dia bisa menikmati waktu bermainnya. • Mengajaknya Berolahraga
Ibu bisa mengajak si buah hati berolahraga selain berguna untuk
menyehatkan tubuh juga bisa mengurangi hiperaktif. Salah satu olahraga
sederhana yang dapat dilakukan adalah senam di rumah dengan diiringi
musik.
Sebagian besar orang
tua menganggap bahwa anak bisa dikatakan cerdas apabila ia memiliki
prestasi yang baik di sekolahnya, apalagi kalau selalu menjadi juara
kelas.
Ibu pasti bangga apabila anak pintar di bidang akademis. Namun
meskipun orang tua biasanya selalu mendorong anak supaya berprestasi di
sekolah, faktanya tidak semua anak bisa melakukan sesuai dengan
keinginan orang tuanya. Kalau sudah begitu, anak menjadi malu dan dapat
timbul rasa rendah diri. Padahal yang perlu kita sadari adalah setiap
anak memiliki kecenderungan bakat, minat dan potensi sendiri yang dia
miliki. Satu anak dengan anak lainnya bisa berlainan.
Nah Ibu, sebagai orang tua yang bisa kita lakukan adalah memberi anak
kesempatan untuk mencoba semua bakat sampai ia menemukan hal yang
paling diminatinya. Dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada
anak, Ibu akan lebih cepat mengetahui mana yang sebetulnya menjadi bakat
anak.
Bila si anak sudah menemukan bakat yang ia minati, dan minat itu
memang baik untuknya, Ibu perlu memberikan dukungan untuknya. Karena
bakat biasanya tidak akan berkembang bila tak ada penguat.
Nah sekarang, bagaimana cara mengenali bakat? Berikut ini beberapa ciri yang perlu Ibu ketahui untuk mengenali bakat anak. • Cepat Menguasai
Bakat ditunjukkan dengan cepatnya anak menguasai sesuatu. Misalnya ia
berbakat dalam bidang musik, maka ketika diajari, ia cepat menirukan dan
menguasai bermain musik. Tentu mungkin belum ahli betul, tetapi ia
menunjukkan penguasaan yang terus membaik seiring berjalannya waktu.
Begitupun seandainya anak berbakat di bidang lainnya. • Menunjukkan hasil optimal
Ketika anak tertarik di sebuah bidang, biasanya anak akan sering
melakukan kegiatan itu. Secara tidak sadar, itu adalah caranya berlatih
sampai dia berhasil melakukannya dan dapat memperlihatkan kemampuannya
itu kepada orangtua supaya orangtua tahu bahwa bakat yang dia inginkan
bisa didukung oleh orangtuanya. • Tidak cepat bosan
Saat anak sudah menemukan bakat yang ia minati maka anak akan terus
melakukannya (berlatih) dan tidak mudah bosan terhadap yang
dilakukannya. Anak akan tetap bersemangat menjalani sesuatu yang dia
minati meskipun nantinya ada halangan yang ia hadapi.
Nah, apabila tanda-tanda bakat anak sudah bisa diamati, Ibu bisa
mengoptimalkannya dengan cara mengasah bakat anak di bidang tersebut.
Misalnya, apabila anak sudah memiliki tanda-tanda bahwa dia menyukai
musik. Ibu bisa mengajaknya ke tempat-tempat ia bisa melihat musisi
bermain (konser, pertunjukan musik, dsb). Kalau anak sudah bisa diajak
berdialog, tanyakan ia suka musik apa. Ibu juga bisa memperhatikan
selera musik yang ia suka. Dan mengajak si anak untuk mendengarkan
bersama-sama sambil bersenang-senang.
Dalam
melatih balita menulis, rancanglah sejumlah permainan yang
menyenangkan. Mengingat, melalui cara inilah anak belajar. Carilah cara
yang tidak memudarkan kemauan berlatihnya.
John Worobey, Ph.D,
psikolog perkembangan dan pendidik anak usia dini dari Rutgers
University, Amerika Serikat, menyarankan beberapa cara yang untuk
menyokong keterampilan anak menulis.
Saat Anda menulis daftar
belanjaan, misalnya, minta anak Anda mengikuti. Cara ini membuat anak
menyadari pentingnya keterampilan menulis dalam kehidupan sehari-hari.
Tentu, Anda perlu membuat tulisan sejelas dan sebesar mungkin, agar
mudah diikuti anak.
Bermain dengan huruf magnet. Ini dilakukan
untuk melatihnya menulis dan mengeja. Atau, Anda dapat memberinya
majalah atau buku anak-anak yang memuat tugas menulis.
Buat agar
aktivitas ini tidak membosankan anak. Misalnya, menyatukan titik-titik
yang berbentuk huruf. Pilih pensil berwarna atau krayon warna merah
untuk huruf A, warna biru untuk huruf B, dan lainnya. Cara ini
membantunya mematuhi aturan dan mengajarkan ketelitian.
Gunting
hampir pasti masuk dalam 'daftar hitam' berisi nama benda berbahaya
yang harus dijauhkan dari balita. Memang gunting dapat melukainya.
Demikian pula dengan lem, karena rasa ingin tahu anak yang begitu
tinggi, bisa saja lem termasuk benda yang harus dikenalnya, yaitu
dijilat! Meski bahaya, benda-benda ini jelas sangat bermanfaat sampai
ia besar. Berikut manfaat dari benda-benda itu:
Mengenal bentuk dan ukuran seperti
kotak, lingkaran, persegi panjang, segitiga, atau layang-layang bisa
dilakukan anak saat ia menggunting dan menempel aneka pola bentuk yang
Anda buat di kertas stiker. Ketika anak menempel, sebutkan bentuk-bentuk
itu sambil menunjukkan padanannya dengan benda-benda di dekat anak.
Misalnya bentuk lingkaran seperti bentuk meja di ruang tamu. Bentuk
kotak seperti bentuk permukaan meja makan.
Melatih presisi,
ketika anak menggunting dengan mengikuti garis atau garis putus-putus.
Kemampuan anak menggunting tepat di garis akan sangat membantu balita
melakukan segala sesuatu dengan tepat. Ini berarti otak bagian kiri
mendapat rangsang.
Melatih kesabaran dan ketekunan
saat anak menggunting bentuk-bentuk dan menempel dengan rapi. Jika si
kecil tidak sabar atau tergesa-gesa, hasil guntingannya takkan rapi
bahkan mungkin kertas yang sedang digunting menjadi robek.
Melatih koordinasi tangan dan mata
merupakan tuntutan utama dalam kegiatan menggunting. Dalam aktivitas
ini pandangan mata anak harus mengikuti gerakan tangan yang sedang
memegang gunting agar hasil guntingannya rapi. Selain itu, menggunting
dapat mendorong anak untuk menggunakan kordinasi bilateral. Yaitu dua
tangan, yang masing-masing melakukan gerakan yang berbeda pada waktu
yang bersamaan. Saat tangan kanan menggunting, tangan kiri memegang
kertas. Koordinasi bilateral ini penting untuk merangsang kedua belahan
otak.
Mengasah kreativitas.
Jangan kaget bila tiba-tiba ia berkata, “Bunda, ini aku membuat kelinci
dan yang ini wortel,” sambil menempelnya di kertas. Meski bentuk
guntingannya hanya segitiga tidak beraturan, tapi hasil keseluruhannya
bisa membuat Anda takjub. Dari guntingan kertas warna-warna, Anda bisa
melihat hasil kreasi, imajinasi, dan ekspresinya.
Melatih motorik halus.
Kegiatan membuka dan menutup gunting serta membuka perekat lalu
menempelkan di tempat yang sudah ditentukan, membuat jari-jemari anak
menjadi lebih terlatih, begitu juga dengan otot-otot tangannya. Kekuatan
otot jemari sangat membantu balita untuk belajar menulis, menggambar,
atau memegang sesuatu.
Meningkatkan kepercayaan diri.
Cobalah minta tolong balita membantu Anda menggunting dan menempelkan
selotip saat Anda membungkus kado. Pasti dia sangat senang dan bangga
karena bisa membantu Anda. Rasa percaya dirinya tumbuh karena merasa
dibutuhkan. Sering-seringlah minta bantuan anak untuk menggunting tali,
menggunting kemasan makanan kecil atau merekatkan sesuatu dengan lem.
Melalui
permainan, balita bisa mengasah ketrampilan motorik halusnya. Anda bisa
mengenalkan permainan perkakas seperti mur-baut, palu dan balok pada
balita Anda.
Bermain konstruktif. Tak
berbeda jauh dengan balok susun atau puzzle, mainan pertukangan termasuk
ke dalam mainan konstruktif. Anak-anak bebas berkreasi, mau disambung
di ujung, di bagian tengah atas atau bawah. Biasanya mainan pertukangan
terdiri dari bagian yang dapat disambung dengan mur atau sekrup. Bahan
pembuatnya bisa berupa kayu, plastik atau logam tipis.
Mainan
pertukangan sederhana bisa dimainkan oleh bayi, yang bentuk bentuknya
besar, ringan dan terbuat dari bahan lembut. Untuk balita, bentuknya
lebih kecil, dan jumlah perkakasnya lebih banyak. Semakin tambah usia,
bentuknya semakin rumit bentuknya dan ukurannya semakin mirip perkakas
sesungguhnya.
Bermain dengan perkakas dalam bermain pura-pura
tak hanya memberi kesempatan pada anak untuk belajar kehidupan nyata
melalui permainan. Anda juga dapat melatihnya rasa tanggung jawab,
misalnya untuk membereskannya kembali ke dalam kotak perkakas mainan,
selain tentunya mengasah ketrampilan motorik halus dan koordinasi.
Perlu hati-hati. Meskipun
mainan jenis ini direkomendasikan para ahli perkembangan untuk mengasah
kecerdasan, ketrampilan dan kreativitas, namun orang tua balita tetap
harus hati-hati. Letakkan mainan jenis ini secara terpisah dari mainan
lain, kalau bisa diletakkan di kotak khusus. Selain demi kerapihan, juga
demi keamanan.
Demikian pula pada saat memainkannya. Orang
tua sebaiknya mensupervisi si balita, dengan mencontohkan cara main yang
tepat agar aman sekaligus mengenalkan sisi menyenangkan dari permainan
ini.
Cara mengoptimalkan manfaat mainan pertukangan antara lain
dengan memberikan gagasan konstruksi yang hendak disusun, atau apabila
digunakan sebagai alat untuk bermain pura-pura, Anda dapat mengkreasi
skenario permainan yang beraneka bersamanya. Seperti, kisah mobil atau
bus yang mogok, atau membetulkan rumah.
Anda sebaiknya juga
memperhatikan tahapan pengenalan mainan pertukangan ini. Sesuaikan usia
dan tingkat ketrampilan balita dengan jenis yang Anda tawarkan.
Sebaiknya, perkakas mainan yang terlalu kecil tidak diberikan kepada si
anak, apalagi yang terbuat dari bahan yang terlampau keras.
Demikian pula, apabila Anda telah mengenalkan mainan jenis ini dalam
bentuk yang paling sederhana, lanjutkan dengan bentuk yang lebih
kompleks di tahapan usia berikutnya. Perlu Anda ketahui mainan jenis ini
bukan hanya untuk anak laki-laki. Anak-anak perempuan pun suka mainan
semacam ini.
Bermain
balok, selain mengenalkan balita pada bentuk dan beragam warna, balita
pun mengasah kecerdasan spasialnya atau kemampuan melihat dalam tiga
dimensi.
Dalam imajinasi
balita, menara sederhana yang disusunya itu serupa istana. Dengan
begitu, permainan ini juga mengasah keammpuan balita berimajinasi.
Selain itu, besar-kecil balok mengajarkan balita perbedaan ukuran.
Balok
ringan yang menarik bagi anak tak harus mainan yang khusus Anda beli
dari toko mainan. Kotak bekas kemasan obat berukuran kecil, yang Anda
bungkus kertas sepatu dapat menjadi mainan sederhana dan menarik untuk
balita. Tentu saja Anda perlu mengajarkan bagaimana membuat menara dari
mainan balok-baloknya.
Balok yang Anda susun itu akan menarik
perhatiannya untuk dirobohkan sebelum ia benar-benar mengikuti intruksi
Anda menyusun balok ke atas. Hingga usia 2 tahun, balita And amampu
menyusun menara sederhana terdiri dari 206 balok. Permainan sederhana
ini memang sarat manfaat untuk tumbuh kembang anak.
Balita mana yang tak hobi nonton film kartun? Berikut ini panduan memilih yang baik bagi mereka.
Imajinasi!
Itulah tawaran yang teramat menggiurkan dari sebuah film kartun bagi
pemirsa anak. Imajinasi pemirsa anak seakan tergali sedalam-dalamnya
ketika menyaksikan film kartun. Tak heran anak pun mengikuti gerakan
bela diri, setelah ia menonton film animasi berisi adegan tersebut.
Lihat
saja perilaku kucing dan tikus Tom & Jerry saling mengumbar dendam.
Segala macam cara mereka lakukan agar lawan mendapat balasan setimpal.
Kata-kata kasar, makian dan berbagai bentuk kekerasan menjadi bumbu yang
'menyedapkan' jalannya cerita.
Anda rela anak berimajinasi ala
dua tokoh populer itu? Tak cuma itu, seksualitas, baik dalam bentuk
halus maupun kasar, terselubung atau pun terang-terangan, menjadi bagian
dari film kartun yang patut Anda waspadai.
Tentu tak semua film kartun penuh muatan negatif seperti itu. Ada juga film kartun yang dipersiapkan oleh tim khusus untuk perkembangan anak, sehingga layak tonton bagi balita Anda.
Ada
Dora atau Diego yang menampilkan tokoh anak-anak yang penuh rasa ingin
tahu dan berani. Bermacam pelajaran baru bisa memperkaya anak jika
menonton film-film semacam ini. Tak hanya soal isi dan metode
penyampaian yang dilakukan berulang-ulang, film pendidikan semacam ini
juga mempertimbangkan soal warna, nada dan syair untuk pemirsa anak.
Diet televisi. Kini
saatnya Anda tengok kembali apakah tetap membiarkan anak menguasai
remote control teve di rumah. Jika pun ada orang dewasa di rumah, yang
mengawasi anak, apakah orang dewasa tersebut punya perhatian sama dengan
Anda soal tayangan untuk anak? Jika tidak, ini saatnya untuk mulai
berdiet televisi.
Ada beberapa hal yang patut Anda khawatirkan
jika buah hati Anda menonton televisi sendirian, meski tayangannya
cocok untuk anak:
Daya kritis anak belum tumbuh, sementara
televisi membuat simbol yang disampaikan sebagai absolut. Posisi anak
rentan karena ia cenderung menganggap apa yang dilihat adalah benar.
Bagaimana jika anak melihat dalam film kartun orang yang membuat kesal
bisa dimatikan layaknya membunuh nyamuk?
Anak belum bisa membedakan fantasi dan dunia nyata.
Jika
dicermati, film kartun seringkali menampilkan tokoh abu-abu padahal
anak perlu panduan jelas mana yang baik dan mana yang tidak, agar tidak
membingungkannya.
Selama anak menonton, berapa banyak iklan
yang dilihatnya? Tidakkah bombardir iklan bisa mendorongnya konsumtif?
Apakah Anda yakin, iklan produk/acara televisi saat jeda film/acara
patut dilihat dan didengar anak?
Apakah Anda yakin anak bisa mencerna apa yang ada di layar kaca tanpa bantuan Anda?
Seorang ibu gemas melihat balitanya yang tak pernah bisa duduk anteng.
Apalagi jika harus mendatangi tempat umum atau bersilahturahmi ke rumah
teman dan kerabat. ‘’Capek saya. Bahkan malu kalau anak saya sampai
jalan kesana kemari dan naik-naik tangga jika diajak bertamu. Anak saya
ini kayaknya hiperaktif,’’ keluhnya. Ia pun mendatangi ruang konsultasi
psikologi untuk menanyakan apakah ada yang tak sesuai dengan
perkembangan anaknya.
Menurut Psikolog Perkembangan Anak, Alzena Masykouri, M.Psi, semua
anak tumbuh dan berkembang dalam tingkatan yang bervariasi. Termasuk di
dalamnya perkembangan kecerdasan gerak fisiknya atau kinestetik. Ada
satu fase perkembangan motorik kasar yang berkembang dengan pesat, tapi
ada fase lain perkembangan motorik halus menjadi perhatian utama.
Alzena menyebutkan, bodily kinesthetic intelligence atau cerdas
kinestetik sebagai kemampuan manusia menghubungkan dan menggunakan
pikiran selaras dengan gerakan tubuh, termasuk kemampuan tubuh untuk
memanipulasi benda dan membuat aneka gerakan. ‘’Anak yang cerdas
kinestetik itu mampu menggunakan dan menghubungkan antara pikiran dan
tubuhnya secara bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu,’’ katanya.
Misalnya, anak yang terampil memanjat pohon, menerbangkan layangan, atau
bermain lompat tali dengan berbagai variasi gerakan. ‘’Beda dengan anak
yang mengalami gangguan hiperaktivitas yang biasanya bergerak tidak
terarah dan cenderung impulsif. Tidak ada gerakan yang terencana,’’
jelas Alzena. Tentu saja anak dengan hiperaktif ini sulit mencapai
tujuan dari gerakan kompleks, seperti memanjat pohon atau bermain lompat
tali.
Menurut Lwin, et.al dalam bukunya How to Multiply Your Child’s
Intelligence, karakteristik anak yang cerdas secara kinestetik dapat
teramati oleh Anda. Anak amat senang bergerak seperti berlari, berjalan,
melompat, dan sebagainya di ruangan yang bebas. Meski terkadang jatuh,
tapi keadaan ini masih normal bila anak berusia di bawah tiga tahun.
“Jangan batasi geraknya, karena memang fisiknya
sedang berkembang. Namun Anda bisa menjaganya agar tidak terjatuh,” ujar Alzena.
Selain itu anak yang cerdas kinestetik pada usia balita juga mampu
melempar benda secara terarah kira-kira sejauh satu meter, senang
memanjat benda yang tinggi, bermain di air, dan naik turun tangga.
’’Anak mampu melompat dengan dua kaki seperti lompat kodok. Kemampuan
ini memerlukan keseimbangan tubuh dan biasanya dikuasai anak usia 4-5
tahun,’’ imbuh Alzena. Ketika Anda memasang lagu, tubuhnya bergerak
harmonis mengikuti irama musik. Senang aktivitas pura-pura (role
playing) misalnya, pura-pura jadi kodok, bebek, menirukan orang menyetir
mobil, atau memasak. Tidak menyukai duduk dalam waktu yang lama. Ciri
lainnya, anak dapat melepaskan kaos, celana, dan kaos kaki sendiri. Juga
bisa membangun jembatan dengan menggunakan balok-balok tanpa terjatuh.
Aktivitas ini melibatkan keterampilan motorik halus, koordinasi visual
motorik, dan keseimbangan.
Sedangkan, untuk anak usia 6-12 tahun kecerdasan kinestetiknya
ditunjukkan dengan keseimbangan ketika berdiri di atas satu kaki selama
beberapa detik, berjalan mundur sambil berjinjit, bergerak di dalam air
setinggi pinggang, dan melakukan gerakan tari sederhana. ’’Jika anak
memiliki kemampuan kinestetik ini berarti ia melebihi kemampuan
rata-rata anak seusianya,’’ kata Alzena. Menurut dosen psikologi
Universitas Paramadina Jakarta ini kecerdasan kinestetik termasuk
kecerdasan jamak, artinya anak juga memiliki kemampuan lain yang
berkaitan dengan kecerdasan gerak ini. Konsentrasi dan gerak terarah
Kegiatan yang bisa diajarkan yang berkaitan dengan motorik halus, antara
lain melukis, membuat keramik, dan membatik. Pada usia 2-4 tahun anak
bisa diajarkan membuat Play-Doh dengan meremas dan membentuk sesukanya.
Ketika memasuki usia 5 tahun, ajak anak membuat pola dan menggambar
sesuai imajinasinya.
Jenis permainan anak tak hanya kegiatan fisik atau permainan di luar
ruangan, tapi juga permainan di dalam ruangan yang memerlukan
konsentrasi. Tugas orangtua adalah memfasilitasi gerakan anak. Bila anak
sedang senang naik-naik perabotan rumah, buatlah permainan yang memberi
kesempatan anak untuk memanjat-manjat. Misalnya, dengan berpura-pura
berada di hutan dan menirukan semua gerakan binatang. Ajak anak menjadi
kelinci, melompat-lompat keliling ruangan, menjadi ular dengan merayap
seperti ular, atau menjadi monyet dengan bergelantungan di pinggiran
kusen pintu. Kali lain, ketika hujan deras turun, ajak anak melakukan
kegiatan dalam ruangan, misalnya membangun istana dengan balok kayu,
main rumah-rumahan di kolong meja makan, atau main ular tangga.
Fasilitasi anak dengan beragam alat seperti bola, hula-hop, dan matras
jungkat jungkit. Kegiatan ini dapat mengalihkan perhatian anak dari
layar tv, bermain play station atau video games. Jangan lupa luangkan
waktu untuk bermain bersamanya.
Full kegiatan yang melibatkan fisik
Libatkan kecerdasan gerak dalam kegiatan belajar anak. Misalnya, jika
anak ingin menghapal ibukota provinsi Indonesia, minta anak membuat
urutan garis dengan menggunakan kapur atau spidol mulai dari ujung ke
tengah dan seterusnya. Bisa juga ketika mengajarkan kosakata misalnya,
gempa bumi, gambarkanlah dengan ilustrasi gerakan tubuh tanpa kata-kata.
Atau ketika belajar matematika, gunakan jari-jari untuk berhitung dan
menggunakan lengan atau kaki untuk mengukur area. Pada anak berusia 2-5
tahun, gambarkan bentuk geometri seperti segitiga, lingkaran atau
persegi dengan merenggangkan tubuh
dan tangannya. Anak akan lebih mudah menerima dan mengingat konsep-konsep tersebut dibanding sekedar menghapalkannya.
Minta anak menggunakan tubuhnya untuk mengekspresikan emosinya, misalnya melompat saat ia merasa
gembira atau mengerutkan dahi ketika marah. Ketika anak sedang bermain,
setel musik kegemarannya dan biarkan anak berpura-pura menjadi penyanyi
atau mengekspresikan lagu. Ini dapat membantu mengembangkan kemampuan
berpikir kreatifnya. Berdansa atau menggerakkan tubuh selain membuat
anak senang juga bisa mengusir rasa stress anak.
Untuk memperpanjang kemampuan memori kinestetik anak bisa terlihat
melalui pola geraknya seperti berpantomim. Misalnya, minta anak
memeragakan seekor gajah, bentuk angka 9, bentuk ombak di laut atau
bunga yang sedang mekar. Minta anak untuk mengulangi kembali gerakan
tersebut setelah jeda istirahat 10-15 menit. Ini dapat menantang batas
motoriknya dan meningkatkan keluwesan gerak tubuh
dan posturnya. Aktivitas ini juga berperan untuk perkembangan kemampuan
berpikir anak. Tunjukkan gambar hewan, objek benda atau bangunan, lalu
minta anak membuat posisi dengan bahasa tubuh dan menggerakkan seluruh
tubuhnya. Amati posisi atau sikap tubuh anak ketika bergerak agar
gerakan tidak membahayakan koordinasi tubuhnya.
Fitness anak
The National Association for Sports and Physical Education
merekomendasikan anak usia sekolah melakukan aktivitas fisik sedikitnya
satu jam sehari dengan variasi kegiatan yang berbeda-beda setiap 15-30
menit. Sebelum mengajak anak beraktivitas, sebaiknya kenali dulu tingkat
perkembangan, umur, kemampuan, dan minat anak.
Pada usia 4 dan 6 tahun, anak mulai mengasah kemampuan dasar fisiknya
seperti melompat, melempar, menendang, dan menangkap. Biasanya anak
menyukai olahraga tim seperti sepak bola, softball, dan basket. Ada anak
yang mampu berkompetisi, namun ada pula belum mampu terlibat dalam
kejuaraan liga. Kenali karakter anak dan yang penting tetap beri
dukungan dengan menjadi pelatih mentalnya atau penggembira ketika anak
bermain.
Anak mulai menikmati, mengkoordinasi, dan mengembangkan kemampuannya
ketika berusia 8-12 tahun. Saatnya bagi Anda untuk melihat dan
mengkonfirmasi minat anak. Apakah anak mulai meninggalkan jadwal sepak
bolanya di hari Minggu atau justru berminat mengikuti kejuaraan liga?
Tanyakan dan diskusikan pada anak. Jangan paksa anak jika dia memang
tidak tertarik olahraga. Coba tawarkan kegiatan lain, seperti melukis,
menari, atau membuat prakarya yang juga bisa mengembangkan saraf motorik
halusnya.
Buat permainan bola 1 lawan 1 atau 2 lawan 2. Aktivitas olahraga ini
tak hanya melatih gerak tubuh anak tapi juga mengajarkan sportifitas,
kerjasama tim, menargetkan tujuan, menghadapi tantangan, dan keakraban.
Jika perlu, daftar kan anak ke klub olahraga seperti bela diri,
berenang, hiking, dan sebagainya. Anak yang cerdas gerak biasanya mampu
dan senang menendang bola secara terarah. Dengan mengembangkan
kecerdasan kinestetik melalui aktivitas fisik, maka anak bermain dan
menyenangi gaya hidup yang aktif salah satunya melalui kegiatan olahraga
atau permainan.
Kegiatan di dalam rumah pun bisa Anda manfaatkan sebagai gerak
kinestetik. Ajak anak terlibat dalam pekerjaan rumah mulai dari
membersihkan tempat tidur sampai memasak. Melalui kegiatan memasak,
seperti mengulen adonan kue dapat melatih kemampuan gerak anak, yaitu
meremas, membentuk, dan memotong. Selain itu anak juga bisa belajar ilmu
pengetahuan, misalnya air ketika dipanaskan akan mendidih dan membentuk
uap.
Paling mudah mencari contoh dari cerdas gerak, dengan melihat
keberhasilan para atlet. Misalnya Tiger Woods, Michael Jordan, adalah
atlet top dunia yang tentu saja kita semua mengakui kemampuannya dalam
mengendalikan pikiran dan gerakan tubuhnya. Namun, tidak hanya sekedar
menjadi atlet olahraga, cerdas kinestetik juga memiliki manfaat antara
lain:
Mengembangkan kemampuan psikomotorik.
Kemampuan psikomotorik adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan bagian tubuh dengan otak untuk
mampu berfungsi secara harmonis. Kemampuan ini berkorelasi erat dengan
jenis pekerjaan orang dewasa, misalnya penerbang (butuh koordinasi
visual motorik dan pikiran yang sangat optimal), atau seniman (untuk
melukis, menari, membuat patung, ukiran, membatik, dan sebagainya).
Kemampuan psikomotorik
ini sangat berkembang pesat di usia dini.
Mengembangkan keterampilan sosial. Anak yang mampu bermain dengan
baik (berlari, melompat, melakukan aktivitas motorik halus), biasanya
keterampilan sosialnya lebih baik. Dengan aktivitas fisik ini anak
memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan sebayanya. Dan karena
kemampuan fisiknya yang baik anak mampu mengekspresikan diri melalui
kegiatan fisik secara lebih baik. Sehingga mengembangkan pula
keterampilan komunikasi interpersonalnya
Mengembangkan kepercayaan diri dan harga diri.
Anak sangat menikmati aktivitas yang mampu ia lakukan dengan baik.
Misalnya, anak yang mampu bergerak harmonis dengan musik, maka ia pun
akan senang menari dan hampir pada setiap kesempatan ia akan menari.
Oleh karena itu mereka akan merasa lebih percaya diri bila dihadapkan
pada situasi yang dapat menampilkan kemampuan fisiknya itu. Selain itu,
juga membantu menjaga kesehatan dan berat badannya agar terhindar dari
obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung.
Perhatikan keamanan dan kesehatan anak, segera hubungi dokter Anda
jika anak mulai mengeluh sakit di bagian tertentu. Ada kemungkinan anak
pernah terjatuh, terluka atau keseleo namun tidak segera memberitahu
Anda. Jika kondisi anak tergolong kronis, jangan libatkan dulu dengan
kegiatannya. Konsultasikan dengan dokter, beberapa aktivitas yang aman
bagi si kecil dan bagaimana memberikan fasilitas keamanan terbaik bagi
si kecil. Sehingga Anda tidak melulu melarang anak dan bersikap panik.
Ibu pasti akan senang
apabila buah hati memiliki kemampuan belajar yang baik. Pada dasarnya
setiap anak memiliki potensi dan kemampuan belajar yang sangat luar
biasa. Tetapi sebagian Ibu ada yang masih sering bertanya, anak saya
susah sekali ya belajar, apa yang harus saya lakukan?
Meskipun secara alami anak selalu ingin tahu dan itu berarti potensi
besar untuk belajar, mereka memang masih belum bisa “dipaksa” untuk
duduk manis dan belajar secara serius. Karena itu, yang perlu dilakukan
orang tua adalah menciptakan suasana yang ceria dan gembira sehingga si
anak merasa nyaman dalam belajar, tentunya sambil bermain. Supaya anak
tidak merasa bosan, sebaiknya Ibu punya banyak cara untuk merangsang
anak agar selalu tertarik untuk belajar.
Tapi bagaimana dong kalau anak tetap tidak mau belajar? Mungkin beberapa kiat berikut bisa bermanfaat: 1. Kalau ia sudah mulai bersekolah (playgroup/TK),
saat pulang sekolah sapa dengan sapaan manis, seperti “Hai sayang,
bagaimana di sekolah hari ini, apakah menyenangkan?”. Otomatis otak anak
akan mencari hal-hal yang menyenangkan di sekolah dan secara tidak
langsung akan memberitahu sang anak bahwa sekolah adalah tempat yang
menyenangkan. 2. Saat anak tidur (hypnosleep), coba Ibu bisikkan
di telinganya, “Makin hari, belajar makin menyenangkan ya,“ “Seperti
bermain, belajar juga sangat menyenangkan,“ atau kata-kata sugesti
positif lainnya dengan penuh kasih sayang. 3. Jelaskan secara perlahan-lahan manfaat dari
pelajaran yang sedang dipelajari (sesuai dengan minat anak tersebut).
Misalnya, “Kalau sudah bisa membaca, nanti saat liburan sekolah Ibu akan
belikan banyak buku cerita bergambar yang bisa kamu baca sendiri”.
Jangan lupa selalu memberi pujian ketika anak sudah bisa menguasai
hal-hal atau pelajaran baru. 4. Jika Ibu memakai jasa guru les, mintalah supaya
les pelajarannya sering-sering mengatakan bahwa anak kita adalah anak
yang hebat dan luar biasa. Pujian yang tulus dan memompa semangatnya
jauh lebih penting daripada mengajarkan teknik membaca atau menghitung.
Mintalah bantuan orang-orang sekitar termasuk guru meningkatkan harga
diri anak kita. 5. Membaca cerita bersama adalah cara sangat efektif
untuk mengajarkan anak membaca serta membuat anak mencintai buku.
Sayangnya sebagian orang tua sudah tidak sempat lagi membacakan cerita
atau dongeng sebelum tidur. Alangkah baiknya jika Ibu masih
melestarikan kebiasaan ini.
Ibu bisa mencoba cara ini, bacakan dongeng dengan posisi memangku
anak. Tujuannya, agar anak dapat turut melihat cerita yang sedang Ibu
bacakan, serta dapat mengkaitkan membaca buku dengan rasa cinta dari
orangtua, sehingga anak akan menilai buku sebagai hal yang menyenangkan.
Untuk awal, jangan berdongeng atau bercerita terlalu lama, karena anak
cepat bosan. Dan gunakan ekspresi wajah dan suara yang menarik agar ia
semakin tertarik menyimak cerita. 6. Ada permainan menarik yang bisa Ibu gunakan.
Cobalah menulis surat rahasia dari Ibu kepada anak. Ibu bisa berkata
“Sayang, Ibu telah meletakan surat rahasia buat kamu. Cuma kamu dan Ibu
yang tahu isinya. Ibu letakan di bawah bantal tidurmu, bacalah setelah
makan ya”. Isinya bisa berupa kata-kata yang bisa menyemangati anak
dalam kegiatan belajar di sekolahnya. Dengan begitu anak akan tahu bahwa
Ibunya sangat menyayangi dan memperhatikan dia. Dan tulisan itu,
membuat dia suka membaca.
Setiap
saat Anda bisa mengajarkan apa saja pada balita. Melalui aktivitas
sehari-hari yang bisa langsung dilihatnya, termasuk mengenalkan angka
dan huruf. Lewat bermain, pengenalan konsep bilangan dan huruf lebih
mudah diingat balita. Perkenalan balita dengan dua hal ini bisa menjadi
bekal penting di sekolah.
1. Menyentuh huruf
Siapkan 2 set mainan huruf berukuran besar.
Ambil satu huruf, minta anak mengambil huruf yang sama dengan yang Anda ambil.
Sebutkan nama hurufnya. Misalnya Anda mengambil huruf R, sebutkan huruf R. Minta anak mengangkat huruf R.
Katakan pada anak, huruf R adalah awal dari namanya. Misal, “R. Randy.”
Lakukan untuk huruf lain, bahwa huruf yang dia pegang merupakan huruf awal dari nama orang yang dia kenal.
Anak belajar: Merasai bentuk huruf dan mengenal bunyi huruf.
2. Merangkai huruf plastik
Siapkan 2 set mainan huruf ukuran besar.
Rangkai beberapa huruf menjadi kata atau nama. Misalnya, “b-o-l-a”
Minta anak mengucapkan setiap huruf sesuai bunyinya.
Anak belajar: Kata dibentuk dari rangkaian huruf dan setiap huruf punya bunyi yang berbeda.
3. Membaca huruf dari kartu huruf dan gambar
Sediakan kartu huruf bergambar.
Minta anak memilih satu kartu.
Sebutkan nama huruf yang tertera pada kartu, sebutkan gambarnya. Misalnya “A”, Anggur. “B”, Bola. “C”, Cacing, dan seterusnya.
Cara lain adalah, susun kartu berdasar urutan alfabet.
Ajarkan anak tentang urutan alfabet.
Anak belajar: Melihat bentuk huruf, mengenal bunyi huruf, dan urutan huruf.
4. Menghitung biji-bijian. Mengenal
angka berarti mengenal konsep “banyaknya benda”. Ajarkan anak
menghitung benda, bukan mengingat angka atau urutan angka.
Sediakan
biji kacang yang besar, yang tidak muat masuk lubang hidung dan lubang
telinga. Misalnya, kacang kulit, kacang merah, sendok es krim atau stik
bekas es krim.
Ambil 10 buah, kemudian mulailah menghitung sendiri.
Bersama anak, mulailah menghitung dari 1 sampai 10.
Kombinasikan dengan mengambilnya 2 buah, minta anak menyebutkan jumlahnya.
Variasi permainan:
Ambil 5 buah biji kacang. Mulai dengan mengurangi. Ambil 2 buah biji, kemudian minta anak menghitung sisanya.
Coba penambahan. Ambil 5 buah biji kacang. Pisahkan menjadi 2 dan 3. Tambahkan 2 dengan 1, minta anak menghitung jumlahnya.
Minta anak melihat dari yang tampak: mana lebih banyak, 3 atau 2.
Anak belajar: Konsep membilang, konsep mengurangi dan menambah, konsep lebih banyak dan lebih sedikit.
5. Belanja buah. Prinsip menghitung pada anak balita adalah melihat dan menyentuh benda.
Libatkan anak berbelanja buah. Siapkan plastik, minta anak memasukkan ke dalamnya 3 buah apel berwarna pink.
Siapkan kantong plastik lain, minta anak memasukkan ke dalamnya 2 buah pear warna kuning.
Siapkan kantong plastik lain, minta anak memasukkan 5 buah jeruk.
Anak belajar: Konsep jumlah dan warna
6. Mengenal bentuk angka. Mengenalkan angka berarti juga mengenalkan konsep tulisan atau bentuk angka. Misalnya 3 = tiga buah jeruk.
Sediakan mainan angka dari bahan plastik.
Sediakan benda seperti biji, buah atau sendok.
Minta anak mengambil 3 buah sendok, sementara Anda mengambil angka 3. Letakkan angka 3 di dekat 3 buah benda tadi.
Lakukan beberapa kali dengan jumlah yang berbeda-beda.
Bergantian dengan anak, sediakan benda sejumlah tertentu, kemudian minta anak menyiapkan angka pada mainannya.
Variasi permainan:
Gunakan
kartu bergambar bertuliskan angka. Ambil satu kartu, minta anak
menghitung jumlah gambar yang tercantum. Anda sebutkan angka yang
tertulis pada kartu itu.
Sediakan buku aktivitas yang di dalamnya terdapat gambar benda dan angka yang menunjukkan jumlah benda itu.
Minta
anak mengikuti bentuk angka dengan jari telunjuknya. Bila anak masih
kecil, pegang tangannya, gerakkan tangannya mengikuti bentuk angka.
Anak belajar: Mengenal bentuk angka dan memahami jumlah dengan simbol angka.
7. Memancing huruf dan angka
Buat huruf dan angka dari styrofoam tipis.
Jiplakkan
huruf dan angka dari bahan styrofoam tadi di atas kertas stiker
spotlight beberapa warna. Buka stiker, rekatkan pada angka dan huruf.
Sekarang, Anda punya huruf dan angka berwarna-warni.
Ikat setiap huruf dan angka dengan tali kenur.
Masukkan semua huruf dan angka ke dalam ember, dengan tali atau benang menjulur keluar.
Minta anak mengambil satu. Lihat angka atau huruf yang dia ambil, bantu anak menyebut angka atau huruf yang ada di ujung tali.
Lakukan beberapa kali. Ulangi permainan ini kapan pun anak ingin memainkannya
Anak belajar: Angka dan huruf
8. Memisahkan warna, ukuran dan bentuk. Anak-anak senang memilah mainannya dan menghitungnya satu persatu.
• Gunakan kotak mainan anak yang berisi balok warna-warni.
• Minta anak memisahkan warna merah, kuning, biru dan hijau
• Minta anak menghitung jumlah setiap warna. Variasi:
• Pisahkan sesuai bentuk, misalnya pisahkan segi tiga dari segi empat
• Pisahkan sesuai ukuran. Pisahkan yang kecil dari yang besar. Anak belajar: Jumlah, warna, bentuk dan ukuran.
9. Mewarnai angka dan huruf
Sediakan buku mewarnai yang terdiri dari gambar dan huruf, atau gambar dan angka.
Sediakan krayon atau pinsil warna
Secara bergantian, Anda mewarnai gambarnya, sementara anak mewarnai angka atau huruf.
Sebutkan bunyi huruf yang diwarnai anak. Misalnya, “H” seperti hhh. Untuk mengawali kata “handuk”.
Anak
kreatif dapat memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya dengan
cara yang efektif, tidak takut melakukan kesalahan, mau berusaha dan
mangambil risiko hingga mendapatkan ide yang inovatif.
Orangtua dan guru harus mampu menciptakan iklim yang menunjang dan mendorong anak merasa tertantang untuk berkreasi.
Banyak orangtua, sadar atau tidak, menganggap anak yang pandai adalah
anak yang unggul secara akademik. Tanpa menyadari bahwa kreativitas dan
bakat juga perlu dibangun agar anak berhasil dalam kehidupan.
Tantangannya adalah, bagaimana mendidik anak agar menjadi unggul secara akademik dan juga kreatif ? Yelia Dini Puspita, M.Psi, dari Lembaga Psikologi
Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) mengatakan, kreativitas adalah
kemampuan untuk berpikir secara berbeda sehingga menghasilkan pemecahan
masalah yang unik yang tidak dipikirkan oleh kebanyakan orang.
Kreativitas juga merupakan kemampuan untuk menghasilkan sebuah karya
yang bersifat original, memiliki daya guna yang tinggi, bermanfaat bagi
lingkungan maupun untuk memecahkan persoalan.
“Jika ditanya seberapa penting kreativitas memengaruhi kehidupan anak
kelak, dapat dikatakan sangat penting. Anak yang kreatif akan dapat
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya dengan cara yang efektif,
tidak hanya yang bersifat akademis atau teoritis, tetapi juga yang
praktis yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap Yelia.
Selain itu, sambungnya, anak yang kreatif tidak takut melakukan
kesalahan. Mereka mau terus berusaha dan mengambil risiko hingga
mendapatkan ide yang inovatif. Anak kreatif juga mampu belajar lebih
cepat ketika diberikan tugas-tugas baru. Hal ini turut mengembangkan
rasa percaya diri dan kemandirian dalam bertindak, karena yakin mampu
memecahkan masalah.
Yelia berpendapat, anak yang kreatif biasanya juga adalah anak yang
cerdas. Namun tidak sebaliknya. “Anak yang cerdas secara akademis namun
tidak kreatif, biasanya hanya terpaku pada satu sudut pandang, sehingga
kadang pemecahan masalah yang dikembangkan kurang efektif. Anak seperti
ini umumnya memiliki prestasi belajar yang baik namun kurang mampu
memecahkan persoalan praktis,” terangnya.
Psikolog Pendidikan dari Fakultas Psikologi UI, Patricia Adam, S.Psi., M.Psi.
menambahkan, anak yang tidak memiliki kreativitas akan mudah merasa
cemas dan tertekan ketika dihadapkan pada tugas-tugas yang majemuk. Anak
seperti ini juga tampil kurang fleksibel. “Misalkan dalam berdiskusi,
karena ia kurang dapat menghargai dan terkadang menganggap aneh ide
temannya, yang menurutnya kurang sesuai dengan aturan yang ada. Ia juga
biasanya kurang peka dalam melihat berbagai stimulus yang ada, yang
sebetulnya bisa dimanfaatkan dalam pemecahan masalah.” Mengembangkan kreativitas
Pada dasarnya, berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui aktivitas
atau kebiasaan sehari-hari. Sehingga menurut Patricia, keberadaan
lembaga khusus kurang diperlukan. “Yang terpenting adalah bagaimana
orangtua dan guru mampu menciptakan iklim yang menunjang pengembangan
kreativitas, yang mendorong anak untuk merasa tertarik dan tertantang
untuk berkreasi,” jelasnya. Namun, tambah Yelia, jika yang dimaksud
adalah kreativitas yang berkaitan dengan bidang tertentu, seperti seni,
anak dapat saja mengikuti kegiatan khusus untuk mengasah potensi dan
kreativitasnya.”
Peranan orang dewasa sebagai panutan dalam berperilaku kreatif juga
sangat membantu pengembangan kreativitas anak. Hal ini diungkapkan Ahli
Pendidikan Kreatif dari Qurius, Kayee Man. “Perilaku
kreatif bisa ditunjukkan dengan berpikiran terbuka, berani mengambil
risiko, mencari ide-ide baru, mengevaluasi ide secara kritis, dan tak
ragu untuk mengatasi masalah. Anak-anak belajar dengan mencontoh
perilaku orang lain, maka perilaku orang dewasa di sekitarnya merupakan
pengaruh yang sangat penting untuk mereka. Orang-orang dewasa ini juga
dapat mendorong anak-anak menjadi kreatif dengan memberikan pujian
ketika anak tersebut melakukan sesuatu yang kreatif,” papar Kayee.
Secara spesifik, Kayee melihat guru dan orangtua harus belajar dengan
strategi dan kemampuan berpikir kreatif, agar dapat mendorong anak
berpikir kreatif. “Mereka juga dapat mencari informasi mengenai
lingkungan seperti apa yang dapat mendukung kreativitas, sehingga mereka
sendiri dapat membangun lingkungan semacam itu,” tambahnya.
Menurut Patricia, proses kreatif tidak bisa dipisahkan dari adanya
imajinasi. “Anak yang diberi kesempatan untuk bebas berimajinasi lewat
bermain atau aktivitas lainnya sudah mendapatkan peluang besar untuk
memunculkan potensi kreatifnya. Dengan lingkungan yang kaya akan
rangsangan mental di mana anak bebas dan merasa aman dalam berkreasi
maka ia akan merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan
kreativitasnya. Kondisi ini, dapat tercipta bila orangtua mau
menyempatkan diri berdiskusi dengan anak, menyediakan alat-alat
permainan yang dapat merangsang kreativitas, dan memberi ruang untuk
berkreasi.” Sinergi pengetahuan & kreativitas
Ahli kreativitas, S.C. Utami Munandar melihat bahwa pendidikan
kreativitas sangat terkait dengan pendidikan akademik. Dengan menjadi
kreatif, siswa tidak akan merasa cemas ketika menghadapi masalah dalam
pelajaran karena sudah terbiasa melihat suatu masalah dari berbagai
sudut pandang.
Kayee sependapat bahwa seharusnya tidak ada perbedaan antara akademik
dan kreativitas. Karena untuk menjadi kreatif dibutuhkan pengetahuan
dan keterampilan. “Anda tidak dapat mencipta atau memikirkan sesuatu
yang baru jika hanya sedikit hal yang Anda ketahui. Di lain pihak,
mengetahui dan mengingat banyak hal tanpa mengetahui bagaimana mengelola
pengetahuan itu menjadi suatu manfaat yang baik dan efektif juga tidak
berguna,” tegas Kayee.
Mengenai metode pendidikan, Yelia memandang perlu dikembangkan
kemampuan dalam berpikir secara divergen, yaitu proses berpikir yang
memungkinkan untuk menghasilkan beragam jawaban terhadap satu persoalan.
“Misalnya metode belajar aktif. Metode ini akan merangsang anak untuk
mencari solusi dari beragam persoalan kegiatan belajar. Kegiatan belajar
mengajar pun dirancang sedemikian rupa sehingga tidak hanya bersifat
teoritis tetapi juga memungkinkan siswa atau anak untuk mengaplikasikan
teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Yelia.
Misalnya, guru memberikan pertanyaan yang menuntut jawaban yang
beragam, seperti meminta anak menyebutkan fungsi lain yang tidak biasa
dari suatu benda (katakan saja fungsi lain dari koran selain dari fungsi
umumnya yaitu untuk dibaca).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Kayee di sejumlah sekolah umum,
disimpulkan bahwa para guru harus lebih menyadari bahwa mereka bisa
menjadi kreatif dan memiliki keberanian untuk mengaplikasikan
kekreatifannya dalam proses mengajar. ”Namun hal ini sulit dilakukan
karena kendalanya di Indonesia ialah budaya yang tidak mendukung sesuatu
dilakukan secara berbeda. Dalam budaya Indonesia, mengambil risiko
bukanlah hal yang biasa dilakukan,” pungkas Kayee. Ciri-ciri anak yang kreatif
Fluency. Mampu melontarkan beragam ide unik dalam waktu terbatas
Flexibility. Mampu menelaah berbagai sudut pandang dalam mencari alternatif pemecahan masalah
Mampu menciptakan/memikirkan hal-hal yang bersifat original
Mampu melakukan elaborasi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi,
atau berpikir secara detil sehingga dapat menghasilkan hal-hal atau
pemikiran baru
Mampu mengombinasikan berbagai hal/ide yang dapat menghasilkan sesuatu yang baru
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas dan bakat
Ciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas
Kembangkan rasa ingin tahu anak dengan mengenalkannya pada berbagai hal
atau kegiatan, misalnya dengan melakukan eksprerimen sederhana, membuat
kreasi, atau mengunjungi museum.
Libatkan anak dalam kegiatan curah ide (brainstorming ) Minta anak melontarkan beragam ide dalam kelompok, dan kemudian
membahas ide-ide yang dilontarkan. Semakin banyak ide yang dihasilkan,
semakin besar kemungkinkan munculnya ide-ide yang unik.
Berikan kesempatan untuk bereksplorasi dan mencoba
Berikan anak kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan hal-hal
baru, dan sesekali membuat kesalahan sehingga ia dapat belajar menelaah
berbagai sudut pandang untuk memecahkan persoalan.
Munculkan motivasi internal
Hargai setiap ide maupun karya yang dihasilkan anak secara proporsional.
Hindari memberi kritik yang dapat menimbulkan kekecewaan pada anak.
Hindari juga memberi pujian secara berlebihan. Hendaknya juga tidak
selalu menghadapkan anak pada situasi yang kompetitif.
Kembangkan cara berpikir yang fleksibel dan playful
Latih anak untuk menelaah berbagai sudut pandang dalam menghadapi
persoalan. Misalnya saja ketika anak melontarkan pendapatnya, orangtua
atau guru dapat memperkaya pendapat tersebut ataupun memberikan pendapat
dari sudut pandang lain tanpa mengkritisinya. Kembangkan sense or humor
sehingga anak terbiasa menghadapi ide-ide ‘liar’, yang tidak biasa (out
of the box).
Kenalkan anak dengan orang-orang yang kreatif
Kenalkan anak pada seseorang yang memiliki suatu karya dan diskusikan
mengenai kemampuannya. Guru juga dapat merancang suatu kegiatan di
sekolah, misalnya dengan mengundang ahli dalam bidang tertentu untuk
berbagi pengalaman mengenai hal-hal yang dapat membantu mereka dalam
menghasilkan karyanya (mengembangkan kreativitas), seperti penulis,
musisi, scientist, dsb)
Kebiasaan-kebiasaan yang menghambat kreativitas anak
Pola asuh otoriter atau over protektif.
Memberikan aktivitas yang sudah terstruktur, seperti mewarnai
berdasarkan contoh dan permainan yang sifatnya mekanis dan otomatis
Kebiasaan mengkritik secara cepat dan mencemooh hasil karya anak
Kurangnya waktu luang untuk anak
Melarang anak untuk melamun, padahal melamun merupakan saat dimana
anak dapat berimajinasi menghasilkan kreasi-kreasinya. Namun orangtua
dan guru juga tetap perlu memperhatikan durasi anak dalam melamun agar
tidak membuatnya lupa mengerjakan tugasnya kembali atau melakukan
aktivitas semula.
Kemampuan
konsentrasi balita 2-3 tahun memang baru berkisar antara 3-5 menit. Di
usianya ini, balita sedang hobi ‘mendua’, meninggalkan aktivitas yang
tengah dikerjakan saat ada aktivitas lain yang menarik perhatiannya.
Namun, hal itu bukan harga mati, karena daya konsentrasi dapat dilatih.
Bagaimana menyiasatinya?
Menyelesaikan tugas atau permainan. Konsentrasi
anak akan terasah jika terbiasa menyelesaikan aktivitas apapun yang
sedang dilakukan. Balita yang terbiasa menuntaskan apa yang sudah
dimulainya, daya konsentrasinya akan lebih mudah dikontrol. Agar
perhatiannya terfokus dan tidak bosan, ajak anak menyelesaikan tugas dan
permainan bersama Anda. Misalnya, sambil bercerita, susunlah puzzle
hingga selesai. Atau bersama-sama memasukkan mainan yang telah selesai
dimainkan ke tempat semula, sambil bernyanyi.
Ngobrol berdua dan minta anak mendengarkan.
Melalui cara ini, kemampuan konsentrasinya akan terlatih dengan
efektif. Amati responnya, apakah ia menyimak atau justru melakukan hal
lainnya, dan tak memerhatikan Anda. Untuk mengetahui seberapa besar ia
menyimak, usahakan obrolan bersifat dua arah. Anak akan mendapat
rangsangan untuk lebih berkonsentrasi, karena dimintai tanggapan.
Sebaliknya, ia pun boleh bertanya dan berkomentar.
Buat peraturan yang disepakati bersama.
Balita boleh berpindah melakukan aktivitas lain, asalkan aktivitas
sebelumnya sudah selesai dilakukan. Peraturan ini juga harus ditaati
oleh orang tua, jangan plin-plan. Pasalnya, jika orangtua konsisten,
maka anakpun akan meniru dan paham.
Tidak ‘mengganggu’ anak dengan aktivitas lain,
jika tak ingin memecah konsentrasinya. Usahakan untuk tidak melakukan
aktivitas apapun di dekatnya. Misalnya, ketika anak sedang bermain
dengan robot kesayangannya, jangan menyalakan televisi yang acaranya
dapat menarik perhatiannya.
Minta anak untuk menceritakan kembali,
film yang sudah ditonton atau buku yang sudah dibacakan. Dari cara ini
Bunda akan mengetahui seberapa besar daya konsentrasinya, ia menyimak
atau tidak. Ulangi ‘kejutan’ tersebut secara acak, usai anak selesai
menonton atau dibacakan buku.
Tantang untuk melakukan lebih dari satu perintah dalam waktu bersamaan.
Misalnya, minta buah hati Anda untuk mengambil sebuah mainan di dalam
kotak, sekaligus mengambil botol minumnya di meja makan. Usahakan letak
kedua benda tersebut berada di tempat yang tidak berdekatan. Beri
semangat pada si kecil saat berusaha memenuhi perintah tersebut. Jangan
memarahinya, jika tak berhasil melakukannya. Jika ia berhasil, berikan
ia hadiah sebuah pelukan dan ciuman.
Konsisten beri batasan waktu dalam setiap kegiatan yang dilakukan anak.
Agar ia mengerti dengan pasti, kapan boleh berpindah dari satu kegiatan
ke kegiatan lainnya. Kuncinya adalah lakukan bertahap sesuai dengan
kemampuan konsentrasinya dan tepati janji Anda.
Jangan paksa anak mengikuti target Anda. Melatih
konsentrasi anak sah-sah saja, namun jangan sampai terobsesi, hingga
menerapkan target diluar batas kemampuan anak. Mengasah daya konsentrasi
balita bukanlah hal mudah dan tidak instan, butuh proses panjang.
Si
dua tahun mulai gemar melakukan berbagai hal sendiri. Meskipun ia masih
membutuhkan bantuan Anda, mengenakan pakaian sendiri, penting dimulai
di usia ini.
Biasanya anak usia dua tahun suka melakukan
apapun sendiri, termasuk memakai baju dan celana sendiri. Pada usia ini,
kemampuan motorik dan kognitifnya sudah mulai berkembang dan berpakaian
sendiri akan menjadi latihan yang menantang.
Melatih
keterampilan ini sejak dini sangat penting, sebenarnya. Latihan ini akan
membuatnya terbiasa melakukan kegiatan untuk menolong diri sendiri.
Dengan begitu, Anda sudah melatihnya untuk mandiri dan mengasah
kecerdasan emosi sosialnya.
Keterampilan ini butuh pembiasaan,
maka Anda jangan pernah bosan mengajak balita latihan. Bagi anak yang
sudah mencoba berpakaian sendiri di awal usia dua tahun, biasanya akan
sudah mahir menjelang usia tiga tahun.
Latihlah!
Main boneka.
Anda juga bisa melatih balita berpakaian melalui permainan dengan
mengajarkannya mengganti pakaian bonekanya. Anda bisa memberikan boneka
yang cukup besar, sehingga jemarinya lebih mudah membuka dan memasangkan
pakaian.
Ganti popok. Atau
jika ia memiliki sepupu yang lebih muda, ajaklah ia mengganti popok atau
mengenakan pakaiannya. Dan ketika balita mulai tertarik, beri ia
motivasi mengenakan beragam bagian dari busana sendiri, seperti kaos
kaki, topi, sandal, jaket, atau kaos dan celana.
Sisiran yuk!
Ada pula kegiatan menyisir, mandi dan sikat gigi yang bisa mulai
dilatih sejak dini. Berilah sisir yang mudah digenggam dan nyaman untuk
menyisir sendiri. Doronglah balita untuk menyisir sambil bercermin.
Beritahu balita kalau menyisir secara benar, akan membuatnya terlihat
rapih dan memiliki rambut sehat.
Cobalah
untuk tidak memberikan kritik atau penilaian saat ia tak mampu
melakukan sendiri seluruh proses keterampilan ini. Yang ia butuhkan saat
ini adalah contoh, petunjuk yang tepat, dan dorongan dari Anda. Jangan
memburu-burunya, berilah ia kelonggaran waktu.
Selain
sehat, Bunda harus kreatif saat menyiapkan bekal sekolah untuk balita.
Berikan berbagai variasi agar dia tidak bosan dengan bekalnya dan kemas
juga dengan cara yang menarik, seperti yang berikut ini.
Aneka potongan buah segar dan sayuran rebus. Seperti pisang, apel, jeruk, mangga, atau anggur dan sayuran misalnya wortel, buncis, jamur, brokoli atau kembang kol sebagai finger food. Lengkapi dengan saus pencelup dari yogurt atau cottage cheese. Cara mengemas:
Agar tidak berubah warna, bubuhi irisan buah dengan sedikit air jeruk
lemon dan madu agar tidak terasa keasaman jeruk lemonnya. Saus celup
(dipping) dikemas terpisah dalam wadah yang menarik dan berukuran cukup
besar agar si kecil mudah mencelup-celup makanannya.
Puding buah dengan saus susu atau yogurt.
Cara mengemas: Pisahkan saus dari puding dan baru dicampur sesaat
sebelum dimakan. Bila ingin disajikan dalam keadaan dingin, masukkan
icepack ukuran kecil ke dalam tas kotak bekalnya –jangan lupa ingatkan
si kecil bahwa benda ini tidak boleh dimakan.
Crackers, Pancake atau Bagel dengan olesan keju krim, mentega kacang, atau selada tuna. Cara mengemas: Pilih wadah bekal yang kedap udara agar makanan terjaga kesegaran dan kerenyahannya.
Kebab terdiri dari potongan keju, buah, sayur, telur puyuh rebus, atau tofu. Jangan lupa tumpulkan ujung tusukan kebab. Cara mengemas:
Jangan memasukkan makanan dalam keadaan masih panas ke dalam wadah
bekal. Uap air dapat mengubah tekstur, bahkan rasa makanan. Bila ada
saus, tempatkan dalam wadah tersendiri.
Lasagna/pizza mini dengan topping buah atau sayuran. Cara mengemas: Bila anak ingin makan dalam keadaan hangat, tempatkan dalam wadah bekal dengan lapisan dalam yang terbuat dari stainless steel –mampu menjaga makanan tetap hangat selama kurang lebih enam jam. (me)
Memang,
tidak ada breefing khusus bagi para orangtua mengenai bekal apa saja
yang boleh dan tidak boleh dibawa oleh balita ke sekolah. Di awal, masuk
sekolah, anak bebas membawa bekal favoritnya. Karena, kalau dilarang
nanti akan membuat mereka tidak mau sekolah atau bekalnya tidak dimakan.
Namun, bukan bebarti
tidak perlu memperhatikan bekal balita. Orang tua dan balita juga perlu
diajarkan tentang makanan sehat. Menyiapkan bekal sekolah yang sehat
adalah salah satu cara membentuk pola makan sehat. Mulailah dengan
mengenal bekal sekolah favorit balita, apakah sehat atau tidak, berikut
ini bisa menjadi panduan Anda dari Dr.Sri Sukmaniah, MSc (PDGMI Jaya, FKUI RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta)
Kata dokter ahli:
makanan yang tinggi gula, zat gizinya tak lengkap, menyebabkan anak
cepat kenyang sehingga menekan selera makan. Sesekali boleh sebagai
variasi, tapi kombinasikan dengan, misalnya yoghurt yang dicampur irisan
buah (stroberi, apel, nanas, pisang)
Kue basah: kue lapis, lemper, susu, pastel.
Kata dokter ahli:selain
zat gizinya tidak lengkap, tinggi gula (pada kue lapis) dan biasanya
dimakan dalam jumlah sedikit. Bekal kue basah harus dilengkapi yoghurt
atau buah.
Roti isi
Kata dokter ahli: sangat dianjurkan menyajikan roti gandum (whole wheat),
karena kaya karbohidrat dan serat. Dapat dibuat sandwich, lengkapi
dengan sumber protein hewani, misalnya telur, keju, tumis cincang
tuna/daging/ayam, dan sumber protein nabati seperti kacang polong/jagung
manis, margarine, dan irisan tomat. Roti isi selai atau cokelat harus
dilengkapi yoghurt sebagai sumber protein hewani, dan buah karena
kandungan buah pada selai sedikit, lebih banyak campuran agar.
Buah: anggur, melon, semangka
Kata dokter ahli:
selalu jadikan buah sebagai bekal anak, karena baik sebagai sumber
vitamin, mineral, dan serat. Tapi lengkapi dengan sumber karbohidrat
kompleks, protein dan lemak yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang dan
kecerdasan anak. Contoh, roti isi tumis tuna cincang dna kacang polong,
serta buah.
Roti manis
Kata dokter ahli: biasanya mengandung susu, tapi kurang serat, maka lengkapi dengan buah.
Mi goreng tanpa sayur.
Kata dokter ahli:
tinggi karbohidrat dan lemak, tapi kurang protein dan serat.lengkapi
dengan telur, daging, atau ikan sebagai sumber protein, dan irisan
sayur, misalnya parutan wortel atau potongan brokoli.
Nasi dan ayam goreng.
Kata
dokter ahli: makanan ini sudah mengandung sumber karbohidrat (nasi),
protein kualitas baik (ayam), dan lemak (minyak goreng). Lengkapi dengan
kacang polong/jagung manis, irisan kecil ketimun dan tomat serta buah
sebagai vitamin-mineral.
Telur acak
Kata dokter ahli:
sumber protein berkualitas baik, tapi makan telur saja tidk cukup.
Masukkan telur k eroti gandum, atau sebagai isi dari kroket kentang yang
juga dicampur irisan sayur (wortel, brokoli, daun bwang, seledri),
kacang polong atau jagung manis, baik sekali jika dilengkapi buah.
Makanan olahan: nugget, sosis, dimsum, udang.
Kata dokter ahli:
fungsi makanan ini mirip telur. Jadi harus dilengkapi zat gizi lain
(lihat tentang telur acak). Jika anak menyukainya, usahakan untuk
membuat sendiri agar bahan dan bumbunya terkontrol, karena makanan jadi
mengandung penguat rasa dan pengawet. Sering memberi makanan semacam itu
akan membentuk pola makan yang kurang sehat.
Puding/jelly
Kata dokter ahli: kelengkapan zat gizinya tergantung dari bahan puding. Bisa dibuat dengan kombinasi tepung maizena, susu full cream dan campuran irisan buah.
Sereal dengan susu
Kata dokter ahli:
sangat baik bila dilengkapi buah, misalnya irisan stroberi, untuk
melengkapi vitamin dan mineral, warna menarik dan memperkaya rasa.
Kacang rebus
Kata dokter ahli:
kacang mengandung banyak lemak esensial dan protein nabati, tapi kurang
karbohidarat, maka bekal harus dilengkapi dengan bahan makanan sumber
zat gizi lainnya. Misalnya, kentang rebus, parutan wortel, dan kacang
rebus yang dilepas kulitnya dan diberi sedikit bumbu (garam, bawang
putih dan merica) kemudian dikemas daun pisang dan dikukus sebentar.
Proses
kehamilan melibatkan sejumlah faktor: usia, keturunan, anatomi organ
tubuh, kondisi kesehatan fisik dan mental, serta waktu yang tepat.
Sejumlah kiat berikut diharapkan membantu mewujudkan keinginan Anda dan
pasangan untuk cepat-cepat punya momongan. Selamat mencoba!
Pola makan harus sehat.
Dari lahan yang baik akan dihasilkan hasil panen yang baik pula.
Tingkatkan konsumsi sayuran, buah-buahan, dan air putih untuk kelancaran
proses metabolisma tubuh Anda. Bila perlu, konsumsi suplemen, misalnya
0,4 mg setiap hari selama 3-4 bulan sebelum hamil, akan menurunkan
risiko janin menderita gangguan tabung saraf, misalnya spina bifida
sebesar 70%. Pola makan sehat dan bergizi seimbang juga membantu Anda
menjaga berat badan tetap dalam kisaran normal.
Tinggalkan kebiasaan buruk.Tubuh
Anda juga harus bebas dari berbagai senyawa kimia yang dapat mengganggu
proses pembuahan sel telur oleh sel sperma, dan proses tumbuh kembang
janin kelak. Tinggalkan rokok dan minuman beralkohol. Kebiasaan merokok,
misalnya, terbukti meningkatkan risiko keguguran.
Kompak!Selain
calon bunda, calon ayah pun harus prima kesehatannya. Untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas sel-sel sperma, calon ayah sebaiknya
menghindari pakai celana dalam yang ketat dan terbuat dari bahan
sintetis, mengurangi konsumsi minuman berkafein seperti kopi, dan
berhenti merokok.
Bergerak.
Olahraga maupun aktivitas fisik lainnya yang dilakukan rutin, selain
membuat tubuh jadi bugar, juga menjaga kestabilan berat badan. Sebab,
kelebihan berat badan pada wanita akan menyebabkan produksi hormon
estrogennya berlebihan sehingga mempersulit kehamilan. Sementara pada
pria akan menurunkan jumlah dan kualitas sel sperma.
Berjemur.
Kecukupan vitamin D di dalam tubuh mempengaruhi tingkat kesuburan pria
maupun wanita. Para pria dengan kadar vitamin D di bawah normal,
terbukti meningkatkan kadar sejenis asam amino di dalam darah, yakni
homosistein, yang bisa mengganggu proses pembentukan sel-sel baru,
termasuk sel sperma. Hal serupa terjadi pada wanita. Selain mengonsumsi
makanan atau minuman sumber viatamin D, kebutuhan vitamin ini juga bisa
dengan berjemur di pagi hari selama kurang lebih 20 menit.
Bebas Infeksi.
Penyakit infeksi, seperti tosksoplasma dan penyakit menular seksual,
yang tidak diobati dapat menghambat terjadinya kehamilan. Untuk
memastikan Anda bebas dari berbagai penyakit infeksi yang mungkin tidak
Anda sadari, periksalah kondisi kesehatan
organ reproduksi Anda ke dokter kandungan. Apalagi, bagi Anda yang
belum juga dikaruniai momongan setelah setahun menikah. Anda juga dapat
meminta saran jenis-jenis vitamin apa saja yang perlu dikonsumsi untuk
meningkatkan peluang terjadinya kehamilan.
Cek masa subur.
Hubungan intim sebaiknya dilakukan pada saat Anda dalam masa subur atau
masa dimana sel-sel telur di dalam indung telur (ovarium) sudah matang
dan siap dibuahi.
“Intim” sebelum masa subur.
Begitu masuk ke dalam tubuh Anda, sel-sel sperma sebaiknya langsung
bertemu dengan sel-sel telur yang sudah matang. Karena itu, hubungan
intim sebaiknya dilakukan tepat sebelum masa subur tiba, atau menjelang
masa subur, sehingga sel-sel telur matang memiliki kemungkinan besar
untuk dibuahi. Ini mengingat sel-sel telur hanya bertahan 24 jam, dan
bila tidak dibuahi akan keluar sebagai haid.
Posisi tepat.Pilihlah
posisi hubungan intim yang memungkinkan Anda berfungsi sebagai
“mangkuk” yang menampung sel-sel sperma. Posisi Anda di bawah dan
pasangan di atas adalah pilihan tepat. Bila perlu, letakkan bantal di
bawah panggul untuk memudahkan Anda bertahan pada posisi tersebut,
paling tidak selama 20-30 menit. Jangan langsung bangun dan berdiri
begitu selesai berhubungan intim.
Cukup 3 kali seminggu.
Pria kadangkala membutuhkan jeda sekitar 3 hari sebelum tubuhnya mampu
menghasilkan sel-sel sperma dalam jumlah yang optimal untuk melakukan
pembuahan. Untuk itu, hubungan intim tidak perlu dilakukan setiap hari
karena justru akan melemahkan sel-sel sperma yang dihasilkan. Jadi,
hubungan intim sebanyak 3 kali dalam seminggu sudah cukup. Nikmati saja
dan bersikaplah santai.
Jadikan
anak Anda istimewa, agar dia bahagia. Anda perlu trik khusus untuk
memberitahu balita bahwa ia tetap dan akan terus menjadi anak yang
sangat istimewa, terlepas dari usianya yang tidak bayi lagi.
1. Kenali keunikannya dan bantu temukan jati dirinya.
Anda tidak akan mengerti ‘isi’ balita sekarang bila tidak dimulai
dengan melihat dan memperhatikan dia. Kenali anak di usianya yang
sekarang:
Keterampilan apa saja yang dia kuasai
Apa yang menjadi minatnya. Misalnya alam, robot, aktivitas fisik, 'baca' buku, menggambar.
Pahami cara berpikirnya saat ia menghadapi masalah.
Pemahaman
Anda terhadap balita sangat membantunya untuk mengenali keunikan dan
jati dirinya. Dengan memahami anak, Anda bisa membantunya berkembang
sesuai dengan keunikan yang ia miliki. Bantu anak:
• Sediakan berbagai jenis buku, mulai dari buku cerita sampai ensiklopedi mini.
• Rak buku dengan aneka warna untuk meletakkan buku-bukunya sesuai jenis.
• Berikan pembatas buku dengan gambar binatang kesukaannya.
Cara
ini membuat balita merasa bahwa Anda memahami apa yang ia suka. Anak
akan merasa istimewa atau spesial dengan perlakuan ini.
2. Berikan pujian yang tulus dan jujur.
Pujian
tidak asal-asalan atau basa-basi. “Ya, kamu pintar, nak,” tapi mata
Anda tak lepas dari layar Ipad Anda. Anak butuh pujian yang tulus.
Caranya:
Arahkan tubuh ke depan tubuh anak dan tatap matanya. Ucapkan pujian dengan jelas.
Berikan
pujian yang jujur dan spesifik. Misalnya, katakan bahwa apa yang
digambar atau diwarnai anak itu benar dan bagus. Jika ia berhasil
mewarnai daun dengan rapi dan tidak keluar dari garis, ia layak
mendapat pujian. Jangan berikan pujian bila si kecil mewarnai keluar
dari garis.
Berikan pujian untuk kemajuan perkembangannya, selain membuatnya sebagai anak yang spesial.
3. Bicaralah dengan anak tentang hal-hal yang ia sukai.
Berbicara pada anak sama halnya dengan berbicara dengan teman atau
sahabat Anda. Seharusnya Anda menjadi orang yang bisa membuat
anak-anak merasa dihargai. Caranya:
Bicarakan hal-hal yang
menarik, penting dan dia sukai. Lihat yang ada disekeliling Anda,
jadikan topik pembicaraan. Misalnya, mengapa semut jalannya berbaris.
Bila si kecil suka, ia akan mendengarkan dengan antusias serta merespon
Anda. Kalau dia tidak suka, segera cari topik lain!
Berikan
telinga Anda untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa saja yang
ingin dibicarakan anak kepada Anda, sekalipun lugu dan membosankan.
4. Pahami pilihan anak.
Hanya orangtua yang mengerti anak dari ujung kepala hingga ujung
kakinya. Memahami pilihan anak seperti kegiatan, kesukaan dan hobinya,
merupakan bentuk menghormati anak dan memperlakukannya sebagai
individu yang spesial. Begitulah yang akan dirasakan balita juga. Meski
tidak selamanya Anda harus setuju dengan kegiatan atau hobinya. Karena
ia masih harus belajar tentang mana yang benar dan salah.
5. Berikan waktu khusus. Anak
butuh perhatian tidak hanya lewat telepon atau video call. Ia butuh
fisik Anda yang nyata di hadapannya. Kalau Anda bisa membuat rencana
kerja, harusnya Anda juga bisa membuat perencanaan waktu untuk
balita. Gunakan waktu Anda untuk ‘kencan’ dengan anak, misalnya pergi
menonton pertunjukan, bermain ke bandara untuk melihat pesawat terbang
atau berenang dan bermain air di wahana air. Selain menambah keeratan
juga dapat merangsang pertumbuhan fisiknya saat Anda mengajaknya
bergerak. Bila Anda punya dua anak, bermainlah one on one atau satu
pasang-satu pasang. Teknik one on one memudahkan Anda untuk mengatakan
atau menunjukkan keistimewaan balita bagi Anda.
6. ‘Rayakan’ proses keberhasilannya. Rayakan
prestasinya bukan dengan sebuah pesta yang meriah, tapi dengan
ungkapan “hebat” atau “pintar”, pelukan, ciuman atau memberikan buku
yang sudah ia idam-idamkan. Tidak terbayang apa yang akan dirasakan oleh
buah hati Anda bila Anda menghargai kerja kerasnya. Perayaan ini tidak
hanya berlaku untuk prestasi besar. Prestasi kecil seperti mau memberi
salam kepada tamu Anda atau mendapat komentar yang positif dari guru di
sekolahnya juga patut dirayakan.
7. Biarkan anak tahu Anda selalu ada untuknya. Buah
hati Anda sedih karena bermasalah dengan salah satu temannya di
sekolah. Hampiri dia, tanyakan kenapa ia bersedih. Tawarkan bantuan
kepadanya. Jika ia menolak, hargai pilihannya. Sama seperti Anda, anak
juga ingin berbagi atau bercerita tentang kesedihannya. Tugas terpenting
Anda adalah, Anda harus siap menolong saat dia butuhkan. Sesekali
katakan padanya “Bunda siap membantu kamu, lho.” Bahasa verbal menambah
keyakinan balita bahwa Anda selalu siap membantunya melalui masa-masa
sulit. Kehadiran Anda dalam masa sulit membuat anak berpikir bahwa Anda
peka pada suasana hatinya, sayang padanya dan tetap menganggap dirinya
sebagai anak yang spesial meski dalam keadaan ‘terpuruk’.
8. Tertawalah bersama anak.
Ada pepatah 'tertawa itu sehat'. Benar, bukan hanya sehat fisik tapi
juga secara psikis. Tertawa membuat pikiran Anda lepas dari
masalah-masalah yang merusak mood Anda. Perasaan negatif dapat
memengaruhi perilaku Anda. Bagaimana jika tertawa bersama buah hati
Anda? Sehat juga! Tawa canda Anda bersama anak dapat meningkatkan
ikatan yang kuat antara Anda dengan anak. Berbagai lelucon atau
tebak-tebakan yang memancing tawa memiliki tempat yang sangat berarti di
hati si kecil. Ia merasakan bahwa Anda memperlakukannya sebagai seorang
teman yang spesial.
9. Berbagi masalah ringan kepada anak. Saat
Anda bahagia, Anda ingin berbagi kebahagian dengan si kecil agar dia
merasakan kebahagian Anda juga. Jika Anda sedang bersedih atau ada
masalah, lebih baik menyingkir saja supaya anak tidak ikut sedih melihat
Anda. Salah! Biarkan anak tahu perasaan Anda, baik pada saat bahagia
maupun sedih. Membagi rasa sedih Anda merupakan penghargaan besar
untuknya. Ia merasa diri berarti karena dipercaya oleh Anda, sebagai
orang dewasa. Posisikan balita sebagai pendengar dan penolong Anda.
Mengakui kesalahan yang pernah Anda perbuat juga bisa dijadikan ‘guru
pengalaman’ bagi anak. Setidaknya, ia belajar mengakui kesalahan yang
sudah ia perbuat. Sesekali bagi masalah Anda yang ringan dengannya.
Misalnya Anda tidak menemukan makanan kesukaannya, biarkan ia ikut
membantu menyelesaikan masalah sederhana ini. Siapa tahu ia menemukan
jalan keluar yang diluar dugaan Anda. Jika usulnya Anda terima, pasti
ia akan merasa sangat berarti!
10. Katakan bahwa dia adalah anak yang istimewa. Perlakukan
balita layaknya putri atau putra raja untuk sesekali, boleh saja.
Perlakuan seperti ini menambah keyakinan si kecil bahwa ia diperlakukan
istimewa oleh orangtuanya. Pola pikir si kecil masih sangat sederhana.
Panggilan ‘my sweety’ atau ‘jagoanku’ bisa membuat anak merasa
istimewa. Ditambah lagi dengan ungkapan “Bunda sayang sekali dengan
jagoan bunda. Kamu adalah orang yang paling berarti untuk bunda.” Anak
akan merasa istimewa atau spesial ketika ungkapan yang tulus keluar dari
mulut dan sikap orangtuanya.
Bermain
bersama si kecil memang menyenangkan. Namun, sesekali mungkin Bunda
ingin beristirahat atau meninggalkan si kecil bermain sendiri. Di usia
balita, si kecil memang sedang lincah-lincahnya sehingga sulit untuk
ditinggalkan bermain sendirian. Namun, dengan membuat si kecil sibuk
dengan permainannya, Bunda bisa menjalankan aktivitas Bunda tanpa
gangguan. Salah satu caranya adalah dengan mulai mengajari si kecil
untuk bermain sendiri sebentar.
Melepas anak bermain sendiri sebaiknya
dimulai dari dalam rumah dengan menciptakan suasana bermain yang menarik
perhatiannya. Kenali kesukaan si kecil sehingga Bunda bisa menyediakan
tempat bermain yang memenuhi keinginnya. Bunda bisa menyediakan beberapa
kotak berisi beragam permainan seperti boneka, mobil-mobilan, lego, dan
peralatan menggambar. Pastikan isi kotak selalu berbeda untuk setiap
kali sesi permainan agar si kecil tidak bosan. Di saat perhatiannya
terfokus ke isi kotak, Bunda pun bisa menyelesaikan kewajiban yang
sempat tertunda.
Dengan melepas anak bermain sendiri,
Bunda juga bisa melatih kreatvitas si kecil. Jika si kecil tertarik
bermain lego, mintalah dia untuk membuat bangunan yang disukainya.
Apabila memiliki koneksi internet, kenalkan dia dengan beberapa situs
yang khusus ditujukan untuk anak-anak. Di saat mereka sibuk berpikir,
Bunda pun bisa menyiapkan makan malam dengan tenang.
Jika selama ini Bunda sering membacakan
cerita untuk si kecil, sekarang mintalah dia untuk membuat cerita
sendiri. Berikan secarik kertas, pensil, dan pensil warna. Bebaskanlah
anak untuk mengembangkan imajinasi melalui tulisan dan gambar. Dengan
membiarkan anak bermain sendiri seperti ini, berarti Bunda sudah
membiasakannya untuk mengeluarkan ide kreatif mereka sejak usia dini.
Sebagai pelengkap, mintalah ia untuk membacakan cerita tersebut sebelum
tidur.
Terakhir, ajaklah anak untuk bermain
sendiri di halaman rumah, tetapi usahakan agar tidak lepas dari jarak
pandang Bunda. Pastikan pintu halaman terkunci dan jangan marah jika
anak menjadi kotor karena keasyikan bermain dengan tanah dan air.
Biarkan anak memilih dan mengatur alur permainan sesuka dia. Dengan
begini, Bunda tidak perlu khawatir lagi jika harus melepas anak bermain
sendiri karena ada tanggung jawab lain yang harus segera diselesaikan.
Kulit
bayi cenderung rentan terhadap gangguan, baik bayi Bunda punya sejarah
alergi maupun tidak. Gejala yang cukup sering muncul adalah kemerahan
pada kulitnya. Untuk mengatasi kemerahan pada kulit anak, sebelumnya
Bunda perlu mengenali dulu jenis-jenis dan penyebabnya.
Ada yang disebabkan oleh alergi susu.
Misalnya Bunda mengonsumsi susu dengan kadar pH tinggi, kemudian si
kecil mengonsumsi ASI Bunda, ini bisa menyebabkan kemerahan pada daerah
duburnya. Jadi, pastikan bahwa susu yang Bunda pilih tak hanya cocok
untuk Bunda, tapi juga cocok untuk sang buah hati.
Selain itu, ada pula kemerahan pada
kulit anak yang disebabkan oleh iritan seperti keringat. Pori-pori kulit
anak yang tersumbat menyebabkan kelembapan, ditambah lagi dengan
gesekan-gesekan seperti dari baju, terjadilah peradangan pada permukaan
kulit. Karena itu, jaga agar kulit si kecil senantiasa bersih dan
hati-hatilah dalam menggunakan produk perawatan bayi. Selain itu,
pastikan ukuran baju si kecil tidak terlalu pas agar ada ruang bernapas
untuk kulitnya. Pilih juga pakaian berbahan nyaman agar ia lebih leluasa
untuk bergerak.
Kemudian, kemerahan pada kulit anak
juga bisa disebabkan oleh penyakit seperti roseola infantum. Penyakit
ini sering menyerang anak berusia di bawah dua tahun dan tak jarang
membuat panik. Banyak yang keliru mengiranya sebagai campak atau demam
berdarah karena terjadi bersamaan dengan demam. Padahal, Bunda bisa
membedakannya dari gejala yang muncul.
Pada penyakit campak, bintik merah
muncul ketika demam sedang memuncak, biasanya pada hari keempat atau
kelima. Adapun bintik pada penyakit ini baru muncul setelah demam
mereda, biasanya hari kedua atau ketiga. Selain gangguan pada kulit,
kemerahan pada kulit anak yang disebabkan oleh virus ini tidak
menyebabkan gangguan yang berarti. Biasanya kemerahan ini akan hilang
dengan sendirinya, jadi Bunda tak perlu memberi obat bagi si kecil.
Pada penyakit demam berdarah, kemerahan
juga biasanya baru muncul begitu demam menurun. Bedanya, anak yang
terkena demam berdarah tubuhnya akan lemah dan menunjukkan gejala-gejala
sakit, sedangkan anak dengan roseola infantum justru akan semakin aktif
karena tubuhnya sedang dalam proses penyembuhan. Bunda cukup pastikan
bahwa asupan untuknya tetap terpenuhi agar ia bisa kembali sehat seperti
sedia kala.