PERKEMBANGAN ANAK

SELAMAT DATANG DI BLOG INI...................
BLOG INI BERISI KUMPULAN ARTIKEL - ARTIKEL TENTANG PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SI KECIL DARI BEBERAPA SUMBER............
SEMOGA BLOG INI BISA MENAMBAH WAWASAN & PENGETAHUAN TENTANG PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN SI KECIL ANDA..........

Kamis, 15 November 2012

Cara Bijak Mencintai Anak

Cara Bijak Mencintai Anak
Bagaimana cara Anda ungkapkan cinta pada anak? Sudah tepatkah cara itu?
Cinta adalah masalah yang kompleks. Bila tidak, kita tidak akan punya sedemikian banyak pujangga atau pengarang lagu.

Dalam konteks keluarga, orang tua pastilah ingin mengekspresikan cintanya kepada anak dengan selalu berupaya membahagiakan buah hatinya. Mereka ingin selalu dapat memberi pujian dan pelukan hangat, melayani kebutuhan anak, dan, mungkin saja, membelikan apa pun yang diminta anak. Semua dilakukan atas nama cinta.

Tapi, sejauh mana ekspresi cinta itu? Di manakah batasnya? Kapan kita tahu bahwa kita telah berlebihan mencintai anak? Ini persoalan gampang-gampang susah. Banyak orang sulit mengatakan tidak pada anak. Apalagi bila kita tahu betapa cinta itu sangat diperlukan bagi perkembangan anak, termasuk dalam soal kesehatan fisik.

Uang Bukan Segalanya. Ekspresi cinta orang tua pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh kembangnya. Di lima tahun pertama usianya, anak tengah mencari rasa aman. Ini didapat ketika ia merasakan anggota-anggota keluarga mencintainya. Rasa aman lebih lanjut akan mengembangkan rasa percaya diri dan konsep diri anak kelak. Ekspresi cinta yang terus dirasakannya juga akan mengajarkan anak untuk berempati pada orang lain, dan mendukung proses trust building anak pada individu lain

Tapi sekali lagi, sangat mungkin bagi orang tua untuk mencintai dengan cara yang kurang bijaksana. Ini misalnya terjadi bila kita terlalu mengutamakan cara yang bersifat materialistis. Membelikan mainan atau barang bagi anak secara nonstop atau selalu mengabulkan rengekannya bukanlah cara yang tepat. "Money can't buy love "; kita ingat saja lirik lagu Beatles itu.

Masalah terbesar dengan tabiat ini ialah ia dapat menghambat tumbuhnya rasa empati pada anak. Anak lama-kelamaan akan menjadi kurang sensitif pada lingkungannya jika ia terlalu mengasosiasikan cinta dengan mainan atau cindera mata, meskipun terlalu banyak sanjungan juga berpotensi untuk berdampak serupa.

Justru bila orang tua terlalu berlebihan mengekspresikan rasa cintanya pada anak, membuat anak terbiasa memusatkan cinta ini pada diri sendiri. Ia akan terus menuntut dan mengharapkan orang lain terus memberinya cinta. Akibatnya, anak tak mampu membina empathic complex, yaitu pertalian emosional dengan orang lain.

Yang Wajar, Yang Hangat. Jadi bagaimana menemukan batasan yang tepat? Memang tidak ada ilmu eksaktanya. Cara terbaik ialah dengan sedikit berintrospeksi. Tanyailah diri Anda sendiri, bagaimana cara mengekspresikan keistimewaan anak dengan cara yang wajar, hangat dan istimewa.

Terbukalah! Melihat contoh-contoh ini, mungkin Anda berpikir, dari mana kita bisa mendapat ide untuk mengekspresikan cinta bagi anak? Bagaimana caranya yang cerdas, asyik dan orisinal? (Ehm, ternyata tidak jauh rumitnya dengan mengekspresikan cinta ketika masih pacaran).
 
Semakin terbukanya kesempatan individu melihat dunia dan kemudahan mengakses sumber informasi, membantu orang tua memperoleh referensi mengenai pengasuhan anak ..
Mencintai itu memang itu keperluan hidup. Lain kali kita tergoda untuk lagi-lagi belanja mainan bagi anak.

Biarkan Anak Tumbuh Jadi Diri sendiri

Biarkan Anak Tumbuh Jadi Diri Sendiri
Mini me parenting bukan jalan pintas menuju sukses mengasuh anak. Jangan  bentuk manusia 'kloning' karena bisa membuat Anda dan balita frustrasi bila Anda tak berhasil. Asuh anak menjadi dirinya sendiri! Bantu anak membangun dirinya menjadi orang yang:

1. Yakin bisa meraih mimpi dengan caranya sendiri.
  • Katakan pada anak bahwa Anda yakin dia mampu melakukan apa saja yang dia inginkan.  
  • Bangun sikap optimis. Jangan menakut-nakuti anak karena malah bisa membentuk sikap pesimis. Katakan, “Kamu pasti bisa! Apa masalahmu, apa yang bisa kamu lakukan?”
2. Percaya diri. Bagaimana anak bisa percaya diri bila Anda tak percaya padanya?
  • Percayakan sebuah tugas pada anak untuk dijalankan sesuai caranya. Misalnya mengambilkan makanan untuk kucing peliharaannya. Bisa dengan cara menuang makanannya langsung ke piring makan kucing, atau menuangnya lebih dahulu ke tangan balita baru dimasukkan ke dalam piring makan kucing. Tak ada satu cara yang paling benar. Yang penting anak tidak lalai melakukan tugasnya.
  • Berdayakan anak, ajarkan tanggung jawab dengan mengizinkannya membuat pilihan secara mandiri. Misalnya, beri kebebasan untuk mandi atau gosok gigi dulu. Dangan begitu anak akan bertanggung jawab dan menghadapi konsekuensi dari pilihannya.
3. Menyadari keunikan dengan memberi anak kesempatan bertanya tentang segala hal yang harus dia lakukan.
  • Izinkan anak menjadi seorang individu. Anda boleh saja memilihkan tari Bali untuk balita. Tapi izinkan dia bertanya. “Mengapa aku harus belajar tari Bali, Bunda? Aku mau balet saja karena baju balet tidak susah dipakainya.” Dan terima kenyataan atau keinginannya ini.
  • Izinkan anak berpikir, mengekspesikan pendapatnya sendiri. Hindari mendorong anak patuh tanpa syarat. “Bunda, aku belum tahu yoga itu apa. Tapi kalau ternyata aku nggak suka, boleh ganti  belajar menari?” Dengan menghargai pemikirannya, Anda mengajarnya menghargai kemampuannya sendiri untuk disumbangkan pada  dunia.
  • Perbolehkan anak menolak pilihan Anda. Meski belum bisa bicara, anak bisa menggelengkan kepalanya melihat baju yang Anda pilihkan saat mengajaknya ke toko pakaian. Dia menunjuk apa yang dia mau.
4. Mencintai diri. Cintai anak Anda dengan cerdas, agar dia mencintai diri sendiri, tidak mudah terpengaruh hal-hal negatif dari lingkungannya. Anak berbuat salah, itu biasa. Anak mengambil keputusan dan menyesali keputusannya, juga hal biasa. Jangan mengolok-olok kesalahannya sebagai kebodohan yang patut Anda tertawakan atau Anda cerca habis-habisan. Anak yang sering diolok-olok dan dipermalukan belajar membenci dirinya.

5. Selalu bersemangat dengan memberinya pujian
yang tepat serta dukungan yang   realistis. Jujur mengatakan hasil kerja balita bagus atau “dia masih bisa lebih bagus lagi”. Tidak semua yang dilakukannya patut dipuji. Memberi pujian untuk hal-hal yang mudah dilakukan anak, bisa membuatnya malas berjuang.  Memberikan pujian hanya bila balita patuh dan memenuhi keinginan Anda, tidak membuatnya bersemangat karena anak cerdas dan kreatif tidak suka meniru-niru.

6. Memelihara mind set yang baik. Apa pun yang dilakukan dengan sungguh-    sungguh dan bertanggung jawab adalah baik. Bukan “yang menurut ayah baik, itu     yang terbaik” atau “apa pun yang ditiru dari bunda dan ayah adalah yang terbaik”.     Jangan dorong anak untuk menjalankan passion Anda karena dia akan meniru habis-    habisan apa pun yang Anda lakukan dengan cara apa pun. (me)

Mengenal Tipe Anak Hiperaktif

Mengenal Tipe Anak Hiperaktif dan Cara Mengatasinya

Mengenal Tipe Anak Hiperaktif dan Cara Mengatasinya
 Ibu mana yang tidak senang bila melihat anaknya aktif dan ceria. Tapi kalau aktifnya melebihi batas kewajaran anak-anak seusianya, tentu akan membuat Ibu mulai khawatir dan kesulitan untuk menanganinya. Misalnya, saat ingin diberi makan anak selalu berlarian kesana kemari tidak bisa diam, kerap berlompatan ke segala arah tak kenal lelah sampai Ibu kewalahan mengejarnya.
Melihat anak yang aktif tingkat tinggi seperti itu, mungkin Ibu menjadi sering memarahinya, membentak, atau bahkan melakukan hukuman fisik (misal: mencubit) agar anak menjadi diam atau tenang.
Tapi Ibu, sebenarnya tindakan seperti itu bukan solusi yang baik. Bagaimanapun direpotkannya kita, anak tidak pernah berniat jahat dengan tindakannya seperti itu. Mereka hanya berekspresi dan menganggapnya sebagai aktivitas yang wajar dan menyenangkan hatinya. Sehingga kasihan sekali kalau dibentak atau dihukum.
Agar dapat bertindak lebih tepat terhadap sikap aktif yang berlebihan atau hiperaktif sang buah hati, ada baiknya kita mengetahui tiga tipe dari hiperaktif sebagai berikut:
1. Tipe hiperaktif implusif
Anak yang mengalami hiperaktif implusif biasanya lemah dalam merespon. Perilaku implusif ditandai dengan melakukan sesuatu yang sulit untuk dikendalikan, seperti terlalu enerjik, lari ke sana ke mari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara dan berisik. Selain itu, ia juga biasa melakukan segala sesuatunya tanpa pertimbangan dan sering kali ditunjukkan ketidaksabaran.
2. Tipe hiperaktif inatensi
Biasanya anak dengan hiperaktif seperti ini tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi. Selain itu, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun, sulit diajak berbicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
3. Tipe hiperaktif kombinasi
Biasanya anak kurang memperhatikan aktifitas dan mengkuti permainan atau dalam menjalankan tugasnya karena perhatiannya mudah terpecah. Selain itu, sering berubahnya pendirian yang ada di diri si anak, dan dalam melakukan sesuatu selalu aktif secara berlebihan.

Nah, bila Ibu memiliki anak hiperaktif, beberapa kiat tersebut mungkin bisa diterapkan:
• Berusaha lebih tegas kepada anak
Ajarkan disiplin pada anak hiperaktif, agar ia dapat mengatur dirinya dengan baik. Dengan cara bagaimana? Yakni memberitahu si anak bahwa Ibu tidak menyukai beberapa tingkah lakunya. Selain itu, Ibu juga bisa melibatkan anggota keluarga untuk menjaga anak secara ketat dan tegas. Namun Ibu, berindak tegas bukan berarti kita lantas sering menghukumnya secara fisik ya. Tetap perlihatkan bahwa Ibu melakukannya karena sayang padanya.

• Disiplin
Sebaiknya Ibu mulai mengajak anak untuk menerapkan pola hidup disiplin. Ibu bisa memberi contoh terlebih dulu, jadikan Ibu sebagai role model (pelaku) agar si anak bisa mengikuti pola hidup disiplin yang sudah Ibu buat. Aturan ini tentu akan membuat si anak lebih fokus pada aturan-aturan yang Ibu berikan. Dalam mengajari anak tentang pola disiplin, jangan bosan untuk terus-menerus mengulangi hal-hal yang dengan cepat dapat dipelajari dan diingat oleh anak normal.
• Menciptakan kegiatan kreatif
Kesibukan orangtua seringkali membuat anak menjadi kurang perhatian. Karena itu luangkan waktu buat anak. Misalnya, mengajak dia melakukan kegiatan kreatif seperti membaca buku, melukis atau menyanyi. Kegiatan ini bisa menenangkan anak yang hiperaktif. Selain itu, ibu juga bisa mengajaknya pergi ke taman agar dia bisa menikmati waktu bermainnya.
• Mengajaknya Berolahraga
Ibu bisa mengajak si buah hati berolahraga selain berguna untuk menyehatkan tubuh juga bisa mengurangi hiperaktif. Salah satu olahraga sederhana yang dapat dilakukan adalah senam di rumah dengan diiringi musik.

Mengenali Bakat Anak

Mengenali Bakat Anak

Mengenali Bakat Anak
 Sebagian besar orang tua menganggap bahwa anak bisa dikatakan cerdas apabila ia memiliki prestasi yang baik di sekolahnya, apalagi kalau selalu menjadi juara kelas.
Ibu pasti bangga apabila anak pintar di bidang akademis. Namun meskipun orang tua biasanya selalu mendorong anak supaya berprestasi di sekolah, faktanya tidak semua anak bisa melakukan sesuai dengan keinginan orang tuanya. Kalau sudah begitu, anak menjadi malu dan dapat timbul rasa rendah diri. Padahal yang perlu kita sadari adalah setiap anak memiliki kecenderungan bakat, minat dan potensi sendiri yang dia miliki. Satu anak dengan anak lainnya bisa berlainan.
Nah Ibu, sebagai orang tua yang bisa kita lakukan adalah memberi anak kesempatan untuk mencoba semua bakat sampai ia menemukan hal yang paling diminatinya. Dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada anak, Ibu akan lebih cepat mengetahui mana yang sebetulnya menjadi bakat anak.
Bila si anak sudah menemukan bakat yang ia minati, dan minat itu memang baik untuknya, Ibu perlu memberikan dukungan untuknya. Karena bakat biasanya tidak akan berkembang bila tak ada penguat.
Nah sekarang, bagaimana cara mengenali bakat? Berikut ini beberapa ciri yang perlu Ibu ketahui untuk mengenali bakat anak.
• Cepat Menguasai
Bakat ditunjukkan dengan cepatnya anak menguasai sesuatu. Misalnya ia berbakat dalam bidang musik, maka ketika diajari, ia cepat menirukan dan menguasai bermain musik. Tentu mungkin belum ahli betul, tetapi ia menunjukkan penguasaan yang terus membaik seiring berjalannya waktu. Begitupun seandainya anak berbakat di bidang lainnya.
• Menunjukkan hasil optimal
Ketika anak tertarik di sebuah bidang, biasanya anak akan sering melakukan kegiatan itu. Secara tidak sadar, itu adalah caranya berlatih sampai dia berhasil melakukannya dan dapat memperlihatkan kemampuannya itu kepada orangtua supaya orangtua tahu bahwa bakat yang dia inginkan bisa didukung oleh orangtuanya.
• Tidak cepat bosan
Saat anak sudah menemukan bakat yang ia minati maka anak akan terus melakukannya (berlatih) dan tidak mudah bosan terhadap yang dilakukannya. Anak akan tetap bersemangat menjalani sesuatu yang dia minati meskipun nantinya ada halangan yang ia hadapi.
Nah, apabila tanda-tanda bakat anak sudah bisa diamati, Ibu bisa mengoptimalkannya dengan cara mengasah bakat anak di bidang tersebut. Misalnya, apabila anak sudah memiliki tanda-tanda bahwa dia menyukai musik. Ibu bisa mengajaknya ke tempat-tempat ia bisa melihat musisi bermain (konser, pertunjukan musik, dsb). Kalau anak sudah bisa diajak berdialog, tanyakan ia suka musik apa. Ibu juga bisa memperhatikan selera musik yang ia suka. Dan mengajak si anak untuk mendengarkan bersama-sama sambil bersenang-senang.

Rabu, 14 November 2012

Melatih Menulis dengan Permainan

Berlatih Menulis dengan Permainan
Dalam melatih balita menulis, rancanglah sejumlah permainan yang menyenangkan. Mengingat, melalui cara inilah anak belajar. Carilah cara yang tidak memudarkan kemauan berlatihnya.

John Worobey, Ph.D, psikolog perkembangan dan pendidik anak usia dini dari Rutgers University, Amerika Serikat, menyarankan beberapa cara yang untuk menyokong keterampilan anak menulis.
  • Saat Anda menulis daftar belanjaan, misalnya, minta anak Anda mengikuti. Cara ini membuat anak menyadari pentingnya keterampilan menulis dalam kehidupan sehari-hari. Tentu, Anda perlu membuat tulisan sejelas dan sebesar mungkin, agar mudah diikuti anak.
  • Bermain dengan huruf magnet. Ini dilakukan untuk melatihnya menulis dan mengeja. Atau, Anda dapat memberinya majalah atau buku anak-anak yang memuat tugas menulis.
  • Buat agar aktivitas ini tidak membosankan anak. Misalnya, menyatukan titik-titik yang berbentuk huruf. Pilih pensil berwarna atau krayon warna merah untuk huruf A, warna biru untuk huruf B, dan lainnya. Cara ini membantunya mematuhi aturan dan mengajarkan ketelitian.

Bermain Gunting dan Tempel

Bermain Gunting dan Tempel
Gunting hampir pasti masuk dalam 'daftar hitam' berisi nama benda berbahaya yang harus dijauhkan dari balita. Memang gunting dapat melukainya. Demikian pula dengan  lem, karena rasa ingin tahu anak yang begitu tinggi, bisa saja lem termasuk benda yang harus dikenalnya, yaitu dijilat! Meski bahaya, benda-benda ini jelas sangat bermanfaat  sampai ia besar. Berikut manfaat dari benda-benda itu:

  • Mengenal bentuk dan ukuran seperti kotak, lingkaran, persegi panjang, segitiga, atau layang-layang bisa dilakukan anak saat ia menggunting dan menempel aneka pola bentuk yang Anda buat di kertas stiker. Ketika anak menempel, sebutkan bentuk-bentuk itu sambil menunjukkan padanannya dengan benda-benda di dekat anak. Misalnya bentuk lingkaran seperti bentuk meja di ruang tamu. Bentuk kotak seperti bentuk permukaan meja makan.
  • Melatih presisi, ketika anak menggunting dengan mengikuti garis atau garis putus-putus.  Kemampuan anak menggunting tepat di garis akan sangat membantu balita melakukan segala sesuatu dengan tepat. Ini berarti otak bagian kiri mendapat rangsang.
  • Melatih kesabaran dan ketekunan saat anak menggunting bentuk-bentuk dan menempel dengan rapi. Jika si kecil tidak sabar atau tergesa-gesa, hasil guntingannya takkan rapi bahkan mungkin kertas yang sedang digunting menjadi robek.
  • Melatih koordinasi tangan dan mata merupakan tuntutan utama dalam kegiatan menggunting. Dalam aktivitas ini pandangan mata anak harus mengikuti gerakan tangan yang sedang memegang gunting agar hasil guntingannya rapi. Selain itu, menggunting dapat mendorong anak untuk menggunakan kordinasi bilateral. Yaitu dua tangan, yang masing-masing melakukan gerakan yang berbeda pada waktu yang bersamaan. Saat tangan kanan menggunting, tangan kiri memegang kertas. Koordinasi bilateral ini penting untuk merangsang kedua belahan otak.
  • Mengasah kreativitas. Jangan kaget bila tiba-tiba ia berkata, “Bunda, ini aku membuat kelinci dan yang ini wortel,” sambil menempelnya di kertas. Meski bentuk guntingannya hanya segitiga tidak beraturan, tapi hasil keseluruhannya bisa membuat Anda takjub. Dari guntingan kertas warna-warna, Anda bisa melihat hasil kreasi, imajinasi, dan ekspresinya.
  • Melatih motorik halus. Kegiatan membuka dan menutup gunting serta membuka perekat lalu menempelkan di tempat yang sudah ditentukan, membuat jari-jemari anak menjadi lebih terlatih, begitu juga dengan otot-otot tangannya. Kekuatan otot jemari sangat membantu balita untuk belajar menulis, menggambar, atau memegang sesuatu.
  • Meningkatkan kepercayaan diri. Cobalah minta tolong balita membantu Anda menggunting dan menempelkan selotip saat Anda membungkus kado. Pasti dia sangat senang dan bangga karena bisa membantu Anda. Rasa percaya dirinya tumbuh karena merasa dibutuhkan. Sering-seringlah minta bantuan anak untuk menggunting tali, menggunting kemasan makanan kecil atau merekatkan sesuatu dengan lem.  

Asah Kecerdasan dengan Permainan Pertukangan

Asah Kecerdasan dengan Permainan Pertukangan
Melalui permainan, balita bisa mengasah ketrampilan motorik halusnya. Anda bisa mengenalkan permainan perkakas seperti mur-baut, palu dan balok pada balita Anda.

Bermain konstruktif. Tak berbeda jauh dengan balok susun atau puzzle, mainan pertukangan termasuk ke dalam mainan konstruktif. Anak-anak bebas berkreasi, mau disambung di ujung, di bagian tengah atas atau bawah. Biasanya mainan pertukangan terdiri dari bagian yang dapat disambung dengan mur atau sekrup. Bahan pembuatnya bisa berupa kayu, plastik atau logam tipis.

Mainan pertukangan sederhana bisa dimainkan oleh bayi, yang bentuk bentuknya besar, ringan dan terbuat dari bahan lembut. Untuk balita, bentuknya lebih kecil, dan jumlah perkakasnya lebih banyak. Semakin tambah usia, bentuknya semakin rumit bentuknya dan ukurannya semakin mirip perkakas sesungguhnya.

Bermain dengan perkakas dalam bermain pura-pura tak hanya memberi kesempatan pada anak untuk belajar kehidupan nyata melalui permainan. Anda juga dapat melatihnya rasa tanggung jawab, misalnya untuk membereskannya kembali ke dalam kotak perkakas mainan, selain tentunya mengasah ketrampilan motorik halus dan koordinasi.

Perlu hati-hati. Meskipun mainan jenis ini direkomendasikan para ahli perkembangan untuk mengasah kecerdasan, ketrampilan dan kreativitas, namun orang tua balita tetap harus hati-hati. Letakkan mainan jenis ini secara terpisah dari mainan lain, kalau bisa diletakkan di kotak khusus. Selain demi kerapihan, juga demi keamanan.

Demikian pula pada saat memainkannya. Orang tua sebaiknya mensupervisi si balita, dengan mencontohkan cara main yang tepat agar aman sekaligus mengenalkan sisi menyenangkan dari permainan ini.

Cara mengoptimalkan manfaat mainan pertukangan antara lain dengan memberikan gagasan konstruksi yang hendak disusun, atau apabila digunakan sebagai alat untuk bermain pura-pura, Anda dapat mengkreasi skenario permainan yang beraneka bersamanya. Seperti, kisah mobil atau bus yang mogok, atau membetulkan rumah.

Anda sebaiknya juga memperhatikan tahapan pengenalan mainan pertukangan ini. Sesuaikan usia dan tingkat ketrampilan balita dengan jenis yang Anda tawarkan. Sebaiknya, perkakas mainan yang terlalu kecil tidak diberikan kepada si anak, apalagi yang terbuat dari bahan yang terlampau keras.

Demikian pula, apabila Anda telah mengenalkan mainan jenis ini dalam bentuk yang paling sederhana, lanjutkan dengan bentuk yang lebih kompleks di tahapan usia berikutnya. Perlu Anda ketahui mainan jenis ini bukan hanya untuk anak laki-laki. Anak-anak perempuan pun suka mainan semacam ini.

Bermain Balok


Bermain balok, selain mengenalkan balita pada bentuk dan beragam warna, balita pun mengasah kecerdasan spasialnya atau kemampuan melihat dalam tiga dimensi.

Dalam imajinasi balita, menara sederhana yang disusunya itu serupa istana. Dengan begitu, permainan ini juga mengasah keammpuan balita berimajinasi. Selain itu, besar-kecil balok mengajarkan balita perbedaan ukuran.

Balok ringan yang menarik bagi anak tak harus mainan yang khusus Anda beli dari toko mainan. Kotak bekas kemasan obat berukuran kecil, yang Anda bungkus kertas sepatu dapat menjadi mainan sederhana dan menarik untuk balita. Tentu saja Anda perlu mengajarkan bagaimana membuat menara dari mainan balok-baloknya.

Balok yang Anda susun itu akan menarik perhatiannya untuk dirobohkan sebelum ia benar-benar mengikuti intruksi Anda menyusun balok ke atas. Hingga usia 2 tahun, balita And amampu menyusun menara sederhana terdiri dari 206 balok. Permainan sederhana ini memang sarat manfaat untuk tumbuh kembang anak.

Cerdas Memilih Acara Kartun untuk Lala

Cerdas Memilih Acara Kartun untuk Anak
Balita mana yang tak hobi nonton film kartun? Berikut ini panduan memilih yang baik bagi mereka.

Imajinasi! Itulah tawaran yang teramat menggiurkan dari sebuah film kartun bagi pemirsa anak. Imajinasi pemirsa anak seakan tergali sedalam-dalamnya ketika menyaksikan film kartun. Tak heran  anak pun  mengikuti gerakan bela diri, setelah ia menonton film animasi berisi adegan tersebut.    

Lihat saja perilaku kucing dan tikus Tom & Jerry saling mengumbar dendam. Segala macam cara mereka lakukan agar lawan mendapat balasan setimpal. Kata-kata kasar, makian dan berbagai bentuk kekerasan menjadi bumbu yang 'menyedapkan' jalannya cerita.

Anda rela anak berimajinasi ala dua tokoh populer itu? Tak cuma itu, seksualitas, baik dalam bentuk halus maupun kasar, terselubung atau pun terang-terangan, menjadi bagian dari film kartun yang patut Anda waspadai.

Tentu  tak semua film kartun penuh muatan negatif seperti itu. Ada juga film kartun yang dipersiapkan oleh tim khusus untuk perkembangan anak, sehingga layak tonton bagi balita Anda.

Ada Dora atau Diego yang menampilkan tokoh anak-anak yang penuh rasa ingin tahu dan berani. Bermacam pelajaran baru bisa memperkaya anak jika menonton film-film semacam ini. Tak hanya soal isi dan metode penyampaian yang dilakukan berulang-ulang, film pendidikan semacam ini juga mempertimbangkan soal warna, nada dan syair  untuk pemirsa anak.

Diet televisi. Kini saatnya Anda tengok kembali apakah tetap membiarkan anak menguasai remote control teve di rumah. Jika pun ada orang dewasa di rumah, yang mengawasi anak, apakah orang dewasa tersebut punya perhatian sama dengan Anda soal tayangan untuk anak? Jika tidak, ini saatnya untuk mulai berdiet televisi.

Ada beberapa hal yang patut Anda khawatirkan jika buah hati Anda menonton televisi sendirian, meski  tayangannya cocok untuk anak:
  • Daya kritis anak belum tumbuh, sementara televisi membuat simbol yang disampaikan sebagai absolut. Posisi anak rentan karena ia cenderung menganggap apa yang dilihat adalah benar. Bagaimana jika anak melihat dalam film kartun orang yang membuat kesal bisa dimatikan layaknya membunuh nyamuk?
  • Anak belum bisa membedakan fantasi dan dunia nyata.
  • Jika dicermati, film kartun seringkali menampilkan tokoh abu-abu padahal anak perlu panduan jelas mana yang baik dan mana yang tidak, agar tidak membingungkannya.
  • Selama anak menonton, berapa banyak iklan yang dilihatnya? Tidakkah bombardir iklan bisa mendorongnya konsumtif?  Apakah Anda yakin, iklan produk/acara televisi  saat jeda film/acara patut dilihat dan didengar anak?
  • Apakah Anda yakin anak bisa mencerna apa yang ada di layar kaca tanpa bantuan Anda?

Jumat, 09 November 2012

Gerakan Tubuh Anak Cerdas













Seorang ibu gemas melihat balitanya yang tak pernah bisa duduk anteng. Apalagi jika harus mendatangi tempat umum atau bersilahturahmi ke rumah teman dan kerabat. ‘’Capek saya. Bahkan malu kalau anak saya sampai jalan kesana kemari dan naik-naik tangga jika diajak bertamu. Anak saya ini kayaknya hiperaktif,’’ keluhnya. Ia pun mendatangi ruang konsultasi psikologi untuk menanyakan apakah ada yang tak sesuai dengan perkembangan anaknya.
Menurut Psikolog Perkembangan Anak, Alzena Masykouri, M.Psi, semua anak tumbuh dan berkembang dalam tingkatan yang bervariasi. Termasuk di dalamnya perkembangan kecerdasan gerak fisiknya atau kinestetik. Ada satu fase perkembangan motorik kasar yang berkembang dengan pesat, tapi ada fase lain perkembangan motorik halus menjadi perhatian utama.
Alzena menyebutkan, bodily kinesthetic intelligence atau cerdas kinestetik sebagai kemampuan manusia menghubungkan dan menggunakan pikiran selaras dengan gerakan tubuh, termasuk kemampuan tubuh untuk memanipulasi benda dan membuat aneka gerakan. ‘’Anak yang cerdas kinestetik itu mampu menggunakan dan menghubungkan antara pikiran dan tubuhnya secara bersamaan untuk mencapai tujuan tertentu,’’ katanya. Misalnya, anak yang terampil memanjat pohon, menerbangkan layangan, atau bermain lompat tali dengan berbagai variasi gerakan. ‘’Beda dengan anak yang mengalami gangguan hiperaktivitas yang biasanya bergerak tidak terarah dan cenderung impulsif. Tidak ada gerakan yang terencana,’’ jelas Alzena. Tentu saja anak dengan hiperaktif ini sulit mencapai tujuan dari gerakan kompleks, seperti memanjat pohon atau bermain lompat tali.
Menurut Lwin, et.al dalam bukunya How to Multiply Your Child’s Intelligence, karakteristik anak yang cerdas secara kinestetik dapat teramati oleh Anda. Anak amat senang bergerak seperti berlari, berjalan, melompat, dan sebagainya di ruangan yang bebas. Meski terkadang jatuh, tapi keadaan ini masih normal bila anak berusia di bawah tiga tahun. “Jangan batasi geraknya, karena memang fisiknya
sedang berkembang. Namun Anda bisa menjaganya agar tidak terjatuh,” ujar Alzena.
Selain itu anak yang cerdas kinestetik pada usia balita juga mampu melempar benda secara terarah kira-kira sejauh satu meter, senang memanjat benda yang tinggi, bermain di air, dan naik turun tangga. ’’Anak mampu melompat dengan dua kaki seperti lompat kodok. Kemampuan ini memerlukan keseimbangan tubuh dan biasanya dikuasai anak usia 4-5 tahun,’’ imbuh Alzena. Ketika Anda memasang lagu, tubuhnya bergerak harmonis mengikuti irama musik. Senang aktivitas pura-pura (role playing) misalnya, pura-pura jadi kodok, bebek, menirukan orang menyetir mobil, atau memasak. Tidak menyukai duduk dalam waktu yang lama. Ciri lainnya, anak dapat melepaskan kaos, celana, dan kaos kaki sendiri. Juga bisa membangun jembatan dengan menggunakan balok-balok tanpa terjatuh. Aktivitas ini melibatkan keterampilan motorik halus, koordinasi visual motorik, dan keseimbangan.
Sedangkan, untuk anak usia 6-12 tahun kecerdasan kinestetiknya ditunjukkan dengan keseimbangan ketika berdiri di atas satu kaki selama beberapa detik, berjalan mundur sambil berjinjit, bergerak di dalam air setinggi pinggang, dan melakukan gerakan tari sederhana. ’’Jika anak memiliki kemampuan kinestetik ini berarti ia melebihi kemampuan rata-rata anak seusianya,’’ kata Alzena. Menurut dosen psikologi Universitas Paramadina Jakarta ini kecerdasan kinestetik termasuk kecerdasan jamak, artinya anak juga memiliki kemampuan lain yang berkaitan dengan kecerdasan gerak ini.
Konsentrasi dan gerak terarah

Kegiatan yang bisa diajarkan yang berkaitan dengan motorik halus, antara lain melukis, membuat keramik, dan membatik. Pada usia 2-4 tahun anak bisa diajarkan membuat Play-Doh dengan meremas dan membentuk sesukanya. Ketika memasuki usia 5 tahun, ajak anak membuat pola dan menggambar sesuai imajinasinya.
Jenis permainan anak tak hanya kegiatan fisik atau permainan di luar ruangan, tapi juga permainan di dalam ruangan yang memerlukan konsentrasi. Tugas orangtua adalah memfasilitasi gerakan anak. Bila anak sedang senang naik-naik perabotan rumah, buatlah permainan yang memberi kesempatan anak untuk memanjat-manjat. Misalnya, dengan berpura-pura berada di hutan dan menirukan semua gerakan binatang. Ajak anak menjadi kelinci, melompat-lompat keliling ruangan, menjadi ular dengan merayap seperti ular, atau menjadi monyet dengan bergelantungan di pinggiran kusen pintu. Kali lain, ketika hujan deras turun, ajak anak melakukan kegiatan dalam ruangan, misalnya membangun istana dengan balok kayu, main rumah-rumahan di kolong meja makan, atau main ular tangga. Fasilitasi anak dengan beragam alat seperti bola, hula-hop, dan matras jungkat jungkit. Kegiatan ini dapat mengalihkan perhatian anak dari layar tv, bermain play station atau video games. Jangan lupa luangkan waktu untuk bermain bersamanya.

Full kegiatan yang melibatkan fisik
Libatkan kecerdasan gerak dalam kegiatan belajar anak. Misalnya, jika anak ingin menghapal ibukota provinsi Indonesia, minta anak membuat urutan garis dengan menggunakan kapur atau spidol mulai dari ujung ke tengah dan seterusnya. Bisa juga ketika mengajarkan kosakata misalnya, gempa bumi, gambarkanlah dengan ilustrasi gerakan tubuh tanpa kata-kata. Atau ketika belajar matematika, gunakan jari-jari untuk berhitung dan menggunakan lengan atau kaki untuk mengukur area. Pada anak berusia 2-5 tahun, gambarkan bentuk geometri seperti segitiga, lingkaran atau persegi dengan merenggangkan tubuh
dan tangannya. Anak akan lebih mudah menerima dan mengingat konsep-konsep tersebut dibanding sekedar menghapalkannya.
Minta anak menggunakan tubuhnya untuk mengekspresikan emosinya, misalnya melompat saat ia merasa
gembira atau mengerutkan dahi ketika marah. Ketika anak sedang bermain, setel musik kegemarannya dan biarkan anak berpura-pura menjadi penyanyi atau mengekspresikan lagu. Ini dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Berdansa atau menggerakkan tubuh selain membuat anak senang juga bisa mengusir rasa stress anak.
Untuk memperpanjang kemampuan memori kinestetik anak bisa terlihat melalui pola geraknya seperti berpantomim. Misalnya, minta anak memeragakan seekor gajah, bentuk angka 9, bentuk ombak di laut atau bunga yang sedang mekar. Minta anak untuk mengulangi kembali gerakan tersebut setelah jeda istirahat 10-15 menit. Ini dapat menantang batas motoriknya dan meningkatkan keluwesan gerak tubuh
dan posturnya. Aktivitas ini juga berperan untuk perkembangan kemampuan berpikir anak. Tunjukkan gambar hewan, objek benda atau bangunan, lalu minta anak membuat posisi dengan bahasa tubuh dan menggerakkan seluruh tubuhnya. Amati posisi atau sikap tubuh anak ketika bergerak agar gerakan tidak membahayakan koordinasi tubuhnya.

Fitness anak
The National Association for Sports and Physical Education merekomendasikan anak usia sekolah melakukan aktivitas fisik sedikitnya satu jam sehari dengan variasi kegiatan yang berbeda-beda setiap 15-30 menit. Sebelum mengajak anak beraktivitas, sebaiknya kenali dulu tingkat perkembangan, umur, kemampuan, dan minat anak.
Pada usia 4 dan 6 tahun, anak mulai mengasah kemampuan dasar fisiknya seperti melompat, melempar, menendang, dan menangkap. Biasanya anak menyukai olahraga tim seperti sepak bola, softball, dan basket. Ada anak yang mampu berkompetisi, namun ada pula belum mampu terlibat dalam kejuaraan liga. Kenali karakter anak dan yang penting tetap beri dukungan dengan menjadi pelatih mentalnya atau penggembira ketika anak bermain.
Anak mulai menikmati, mengkoordinasi, dan mengembangkan kemampuannya ketika berusia 8-12 tahun. Saatnya bagi Anda untuk melihat dan mengkonfirmasi minat anak. Apakah anak mulai meninggalkan jadwal sepak bolanya di hari Minggu atau justru berminat mengikuti kejuaraan liga? Tanyakan dan diskusikan pada anak. Jangan paksa anak jika dia memang tidak tertarik olahraga. Coba tawarkan kegiatan lain, seperti melukis, menari, atau membuat prakarya yang juga bisa mengembangkan saraf motorik halusnya.
Buat permainan bola 1 lawan 1 atau 2 lawan 2. Aktivitas olahraga ini tak hanya melatih gerak tubuh anak tapi juga mengajarkan sportifitas, kerjasama tim, menargetkan tujuan, menghadapi tantangan, dan keakraban. Jika perlu, daftar kan anak ke klub olahraga seperti bela diri, berenang, hiking, dan sebagainya. Anak yang cerdas gerak biasanya mampu dan senang menendang bola secara terarah. Dengan mengembangkan kecerdasan kinestetik melalui aktivitas fisik, maka anak bermain dan menyenangi gaya hidup yang aktif salah satunya melalui kegiatan olahraga atau permainan.
Kegiatan di dalam rumah pun bisa Anda manfaatkan sebagai gerak kinestetik. Ajak anak terlibat dalam pekerjaan rumah mulai dari membersihkan tempat tidur sampai memasak. Melalui kegiatan memasak, seperti mengulen adonan kue dapat melatih kemampuan gerak anak, yaitu meremas, membentuk, dan memotong. Selain itu anak juga bisa belajar ilmu pengetahuan, misalnya air ketika dipanaskan akan mendidih dan membentuk uap.
Paling mudah mencari contoh dari cerdas gerak, dengan melihat keberhasilan para atlet. Misalnya Tiger Woods, Michael Jordan, adalah atlet top dunia yang tentu saja kita semua mengakui kemampuannya dalam mengendalikan pikiran dan gerakan tubuhnya. Namun, tidak hanya sekedar menjadi atlet olahraga, cerdas kinestetik juga memiliki manfaat antara lain:
Mengembangkan kemampuan psikomotorik.
Kemampuan psikomotorik adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan bagian tubuh dengan otak untuk
mampu berfungsi secara harmonis. Kemampuan ini berkorelasi erat dengan jenis pekerjaan orang dewasa, misalnya penerbang (butuh koordinasi visual motorik dan pikiran yang sangat optimal), atau seniman (untuk melukis, menari, membuat patung, ukiran, membatik, dan sebagainya). Kemampuan psikomotorik
ini sangat berkembang pesat di usia dini.
Mengembangkan keterampilan sosial. Anak yang mampu bermain dengan baik (berlari, melompat, melakukan aktivitas motorik halus), biasanya keterampilan sosialnya lebih baik. Dengan aktivitas fisik ini anak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan sebayanya. Dan karena kemampuan fisiknya yang baik anak mampu mengekspresikan diri melalui kegiatan fisik secara lebih baik. Sehingga mengembangkan pula keterampilan komunikasi interpersonalnya
Mengembangkan kepercayaan diri dan harga diri.
Anak sangat menikmati aktivitas yang mampu ia lakukan dengan baik. Misalnya, anak yang mampu bergerak harmonis dengan musik, maka ia pun akan senang menari dan hampir pada setiap kesempatan ia akan menari. Oleh karena itu mereka akan merasa lebih percaya diri bila dihadapkan pada situasi yang dapat menampilkan kemampuan fisiknya itu. Selain itu, juga membantu menjaga kesehatan dan berat badannya agar terhindar dari obesitas, tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung.
Perhatikan keamanan dan kesehatan anak, segera hubungi dokter Anda jika anak mulai mengeluh sakit di bagian tertentu. Ada kemungkinan anak pernah terjatuh, terluka atau keseleo namun tidak segera memberitahu Anda. Jika kondisi anak tergolong kronis, jangan libatkan dulu dengan kegiatannya. Konsultasikan dengan dokter, beberapa aktivitas yang aman bagi si kecil dan bagaimana memberikan fasilitas keamanan terbaik bagi si kecil. Sehingga Anda tidak melulu melarang anak dan bersikap panik.



Agar Anak Antusias dalam Belajar

Agar Anak Antusias dalam Belajar
 Ibu pasti akan senang apabila buah hati memiliki kemampuan belajar yang baik. Pada dasarnya setiap anak memiliki potensi dan kemampuan belajar yang sangat luar biasa. Tetapi sebagian Ibu ada yang masih sering bertanya, anak saya susah sekali ya belajar, apa yang harus saya lakukan?
Meskipun secara alami anak selalu ingin tahu dan itu berarti potensi besar untuk belajar, mereka memang masih belum bisa “dipaksa” untuk duduk manis dan belajar secara serius. Karena itu, yang perlu dilakukan orang tua adalah menciptakan suasana yang ceria dan gembira sehingga si anak merasa nyaman dalam belajar, tentunya sambil bermain. Supaya anak tidak merasa bosan, sebaiknya Ibu punya banyak cara untuk merangsang anak agar selalu tertarik untuk belajar.
Tapi bagaimana dong kalau anak tetap tidak mau belajar? Mungkin beberapa kiat berikut bisa bermanfaat:
1. Kalau ia sudah mulai bersekolah (playgroup/TK), saat pulang sekolah sapa dengan sapaan manis, seperti “Hai sayang, bagaimana di sekolah hari ini, apakah menyenangkan?”. Otomatis otak anak akan mencari hal-hal yang menyenangkan di sekolah dan secara tidak langsung akan memberitahu sang anak bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan.
2. Saat anak tidur (hypnosleep), coba Ibu bisikkan di telinganya, “Makin hari, belajar makin menyenangkan ya,“ “Seperti bermain, belajar juga sangat menyenangkan,“ atau kata-kata sugesti positif lainnya dengan penuh kasih sayang.
3. Jelaskan secara perlahan-lahan manfaat dari pelajaran yang sedang dipelajari (sesuai dengan minat anak tersebut). Misalnya, “Kalau sudah bisa membaca, nanti saat liburan sekolah Ibu akan belikan banyak buku cerita bergambar yang bisa kamu baca sendiri”. Jangan lupa selalu memberi pujian ketika anak sudah bisa menguasai hal-hal atau pelajaran baru.
4. Jika Ibu memakai jasa guru les, mintalah supaya les pelajarannya sering-sering mengatakan bahwa anak kita adalah anak yang hebat dan luar biasa. Pujian yang tulus dan memompa semangatnya jauh lebih penting daripada mengajarkan teknik membaca atau menghitung. Mintalah bantuan orang-orang sekitar termasuk guru meningkatkan harga diri anak kita.
5. Membaca cerita bersama adalah cara sangat efektif untuk mengajarkan anak membaca serta membuat anak mencintai buku. Sayangnya sebagian orang tua sudah tidak sempat lagi membacakan cerita atau dongeng sebelum tidur. Alangkah baiknya jika Ibu masih melestarikan kebiasaan ini.
Ibu bisa mencoba cara ini, bacakan dongeng dengan posisi memangku anak. Tujuannya, agar anak dapat turut melihat cerita yang sedang Ibu bacakan, serta dapat mengkaitkan membaca buku dengan rasa cinta dari orangtua, sehingga anak akan menilai buku sebagai hal yang menyenangkan. Untuk awal, jangan berdongeng atau bercerita terlalu lama, karena anak cepat bosan. Dan gunakan ekspresi wajah dan suara yang menarik agar ia semakin tertarik menyimak cerita.
6. Ada permainan menarik yang bisa Ibu gunakan. Cobalah menulis surat rahasia dari Ibu kepada anak. Ibu bisa berkata “Sayang, Ibu telah meletakan surat rahasia buat kamu. Cuma kamu dan Ibu yang tahu isinya. Ibu letakan di bawah bantal tidurmu, bacalah setelah makan ya”. Isinya bisa berupa kata-kata yang bisa menyemangati anak dalam kegiatan belajar di sekolahnya. Dengan begitu anak akan tahu bahwa Ibunya sangat menyayangi dan memperhatikan dia. Dan tulisan itu, membuat dia suka membaca.